Halaman

Kamis, 13 Desember 2018

tepuk Pramuka koh koko, bukan tepuk muka orang

tepuk Pramuka koh koko, bukan tepuk muka orang

Penduduk asli, masyarakat adat, warga pribumi totok, kaum bumiputera, putra-putri asli daerah. Negara agraris menjadikan mereka ahli bercocok tanam. Salah langkah menuju bak kerbau dicucuk hidungnya. Salah alamat malah ahli cekcok mulut.

Ekonomi kreatif berbasis industri rumah tangga kerakyatan. Ujung jari tangan menjadi penyalur utama aspirasi, inspirasi dan hajat isi perut. Adonan lambung keluar liwat jasa mulut maupun berupa kentut.

Langkah langka mengaplikasikan kecerdasan buatan sampai realitas virtual kian jenuh tapi tak menjemukan. Semakin basi malah kian tak membosankan. Pelakunya saja adem ayem tanpa merasa bersalah, mosok orang lain belingsatan. Semakin dikritisi, malah menjadi-jadi.

Peringkat NKRI di skala dunia tergantung daya kinerja perangkat negara. Ambisi politik menjadikan manusia politik gemar diangkat-angkat, disanjung. Tak sabar menanti pengkobar semangat pengangkatan, serta merta angkat muka secara mandiri.

Angkat bicara tak digubris. Bak lawak politik yang sudah bisa ditebak jalan cerita maupun babak belurnya. Hitungan menit di akhir laga, sebagai faktor penentu. Siapa akan menjadi apa. Siapa yang akan diapakan. Tak perlu unjuk muka. Amal politik sangat menentukan nasib di barisan elit partai.

Semakin menanjak, harus kuat menggelantung. Pijakan kaki sudah direbut teman satu kamar. Lengah sedikit, kursi tumbang.

Tersisa doa rakyat.  Walau dicabut akar serabutnya, tetap membumi. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar