Halaman

Senin, 03 Desember 2018

rutinkan cuci muka bukan caci maki


rutinkan cuci muka bukan caci maki

Sekte Islam KTP-elektronik, bagian integral Islam Nusantara sedemikian tanggap atas ucap kata makhluk lain. Telinga gatal jika baca apapun tulis kata pihak lain nalar. Tak rela kalau juragannya menjadi obyek halal berpolitik. Lupa bahwasanya anak bangsa pribumi lokal, kaum bumiputra jika suah berpolitik bersegera main tinggal, tanggal sisa kadar moralnya.

Berpolitik artinya sigap ditempatkan di mana saja. Bukan. Sedia menjadi apa saja.  Siap menjalankan kebijakan pimpinan partai tanpa asah otak. Sudah berulah sebelum diperintah. Sudah ambil jatah sebelum bagi hasil musiman.


Fenomena alam ajar dan didik Nusantara kian hampa panutan. Sistem demokrasi hanya membuat diri ini menjadi bukan milik pribadi. Gaya hidup sederhana yang menjadi karakter rakyat, tetap dianggap beban negara. Pola makan sehari sekali tak mengurangi semangat pemerintah untuk impor beras.

Efek domino acap mengkonsumsi serba impor, BAB menjadi sembarang tempat, tak kenal waktu. Pola gerak mulut semakin tersulut jika mendengar kata hasut dari pola sebangsa. Pengguna aktif facebook versi bahasa Indonesia, menunjukkan klasnya.

Loyalis penguasa lazim datang dari kalangan terpelajar namun kurang terdidik. Hobi buka mulut tak kenal tatakrama, diimbangi atau dibuktikan dengan bahasa tulis yang sulit dinalar oleh diri sendiri. Hasilnya adalah perpaduan serasi antara menghujat dengan menjilat. Jari tangan tanpa sadar mengkebiri jiwa yang semakin miskin. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar