rutinkan cuci muka bukan caci maki
Sekte Islam KTP-elektronik, bagian
integral Islam Nusantara sedemikian tanggap atas ucap kata makhluk lain.
Telinga gatal jika baca apapun tulis kata pihak lain nalar. Tak rela kalau
juragannya menjadi obyek halal berpolitik. Lupa bahwasanya anak bangsa pribumi
lokal, kaum bumiputra jika suah berpolitik bersegera main tinggal, tanggal sisa
kadar moralnya.
Berpolitik artinya sigap
ditempatkan di mana saja. Bukan. Sedia menjadi apa saja. Siap menjalankan kebijakan pimpinan partai
tanpa asah otak. Sudah berulah sebelum diperintah. Sudah ambil jatah sebelum
bagi hasil musiman.
Fenomena alam ajar dan didik
Nusantara kian hampa panutan. Sistem demokrasi hanya membuat diri ini menjadi
bukan milik pribadi. Gaya hidup sederhana yang menjadi karakter rakyat, tetap
dianggap beban negara. Pola makan sehari sekali tak mengurangi semangat
pemerintah untuk impor beras.
Efek domino acap mengkonsumsi
serba impor, BAB menjadi sembarang tempat, tak kenal waktu. Pola gerak mulut
semakin tersulut jika mendengar kata hasut dari pola sebangsa. Pengguna aktif
facebook versi bahasa Indonesia, menunjukkan klasnya.
Loyalis penguasa lazim datang dari
kalangan terpelajar namun kurang terdidik. Hobi buka mulut tak kenal tatakrama,
diimbangi atau dibuktikan dengan bahasa tulis yang sulit dinalar oleh diri
sendiri. Hasilnya adalah perpaduan serasi antara menghujat dengan menjilat. Jari
tangan tanpa sadar mengkebiri jiwa yang semakin miskin. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar