anomali tahun politik 2019,
propaganda kebohongan sejujur-jujurnya vs provokasi kejujuran dibohongi
hidup-hidup
Indonesia tak mau kalah dengan modus
politik di negara adidaya AS maupun negara terbanyak populasi penduduknya, RRC.
Ditambah Nusantara adalah satu-satunya negara yang mempunyai Pancasila. Ramuan aiaib
negara multipartai, apa pun yang tak mungkin atau tak terpikirkan oleh
peradaban dunia, sudah terlebih dahulu dipraktikkan oleh manusia politik.
Wajar dan masuk telinga. Jika anak
bangsa pribumi kinyis-kinyis, langsung tergugah nyalinya dengar slogan yang
terdengar gagah. Melebihi pariwara rokok, miras dan kantong plastik. Kemasan yang
tampak heriosme, nasionalisme, patriotisme dan pancasilais, langsung ditelan
mentah-mentah.
Adonan politik yang mengarah ke
warna merah, kian digemari. Generasi seujung jari, jika sudah mampu mengunduh
gambar, foto penguasa merasa bagian penting, ikut andil, siap bela juragan
sampai butir nasi terakhir. Siap ngoreti ceting. Siap melibas lawan politik di
depan hidung.
Tegur sapa alam, dianggap fenomena
dan salah musim. Kian dikritik, kian menyalak garang. Kian dipuja-puji kian
menggonggong riang. Kian disanjung, siap bagi-bagi kursi. Kian tersandung malah
merasa ada pihak yang menggoyang kursi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar