Halaman

Senin, 23 April 2018

metode calistung yang mendongkrak mata hati


metode calistung yang mendongkrak mata hati

Masa tua, usia senja bagi orang tua. Bukan tunggu waktu. Bahkan harus lebih memacu diri dengan sisa usia, umur dan cadangan waktu. Pengalaman hidup sebagai pelajaran. Pengalaman adalah guru yang baik.

Bagi generasi anak bangsa pribumi yang mengalami pemberontakan, kudeta berdarah memakan korban jiwa yang tak akan musnah dari sejarah, yaitu G30S 1965. Rekaman sejarah tersebut akan membekas, terutama bagi loyalis penguasa saat itu.

Sisi lain sejarah dengan benderang membuktikan betapa cerdas ideologi menghasilkan anak cucu idologis pewaris menu Nasakom. Penyederhanaan jumlah partai di zaman Orde Baru, menghasilkan PPP, PDI dan Golongan Karya. Tak perlu risau, karena ada Tap MPRS.

Tragedi politik seolah mengalami reinkarnasi. Mumpung pelaku utama atau yang diyakini sebagai pewarisnya masih bercokol. Kendati daya dongnya sudah terdegradasi secara menerus.

Tak heran, sisa-sisa manusia sesuai alenia kedua, menjadi loyalitas kepada penguasa zaman akhir Orde Lama sebagai harga mati. Tak dapat ditawar. Menjadi kultus individu. Sampai di periode 2014-2019. Loyalis penguasa siap mati demi wibawa junjungannya.

Asupan religi tak akan manjur, mempan. Semakin diasup semakin menjadi-jadi. Tak ada hubungan antara kemampuan akademis, kapasitas pendidikan formal dengan loyalitas. Antara yang modal dengkul dengan yang ahli karena akal, nalar, logika politk, sami mawon. Sudah dibutakan oleh politik. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar