ketika kaki menapak bumi
Allah memberi kesempatan kepada
iblis untuk menyesatkan umat manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya.
Tetapi segala tipu dayanya itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang
benar-benar beriman.
Iblis akan menyesatkan semua umat manusia,
kecuali hamba-hamba-Nya yang mukhlis di antara mereka. Iblis yang diberi waktu
oleh Allah swt sampai hari kiamat, akan mendatangi umat manusia dari muka dan
dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri. Dan Allah swt tidak akan
mendapati kebanyakan umat manusia bersyukur (taat). Iblis benar-benar akan (menghalang-halangi) manusia
dari jalan Allah swt yang lurus.
Orang yang mukhlis ialah orang-orang
yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah swt.
Pemberian taufiq dari Allah s.w.t. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang
terlepas dari tipu daya iblis mengikuti jalan yang lurus yang dijaga Allah swt.
Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah Allah swt yang menentukan.
Kalimat istiazah, sebagai kiat
berlindung dari Allah dari setan yang terkutuk. Masih kurang.
Mengapa iblis dan turunannya tidak
akan mendatangi umat manusia dari arah atas dan/atau dari arah bawah.
Sederhana. Judul di atas, bukan
sekedar filosogis, filasafati. Tetapi sudah masuk derajat religius. Landasan keimanan
seseorang serta menjaga hubungan dengan Allah swt, di setiap waktu dan tempat. Susah
ditembus oleh iblis.
Iblis dan kroninya, koalisinya tak
gampang menyerah. Memanfaatkan nikmat dunia sebagai pintu masuk ke hati
manusia. Orang dekat bisa dijadikan perantara.
Jika kaki ini rutin dipakai untuk
menegakkan sholat 5 waktu dan sholat sunah, in sya Allah, pondasi hidup manusia
sulit digoyahkan oleh godaan, gangguan, bujuk rayu, bisikan setan.
Heran, walau setan dibelunggu selama
bulan Ramadhan, namun jika ada manusia yang biasa-biasanya saja. Sebagai bukti
Allah adanya ketentuan, ketetapan, kepastian dari-Nya.
Pasca salam penutup sholat, manusia
wajib menengadahkan tangan ke atas, kepala tunduk. Panjatkan puja, shalawat dan
doa kepada-Nya. Momen ini sebagai penguat ketundukan, kepatuhan, ketaatan kita
kepada-Nya.
Posisi tidur, berbaring. Apakah “atas”
dan “bawah’ kita berubah atau tetap sesuai dengan tubuh. Perlunya wudhu dan doa
jelang lelap. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar