Halaman

Senin, 02 April 2018

ketika kaki menapak bumi


ketika kaki menapak bumi

Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan umat manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu dayanya itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.

Iblis akan menyesatkan semua umat manusia, kecuali hamba-hamba-Nya yang mukhlis di antara mereka. Iblis yang diberi waktu oleh Allah swt sampai hari kiamat, akan mendatangi umat manusia dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri. Dan Allah swt tidak akan mendapati kebanyakan umat manusia bersyukur (taat).  Iblis benar-benar akan (menghalang-halangi) manusia dari jalan Allah swt yang lurus.

Orang yang mukhlis ialah orang-orang yang telah diberi taufiq untuk mentaati segala petunjuk dan perintah Allah swt. Pemberian taufiq dari Allah s.w.t. untuk mentaati-Nya, sehingga seseorang terlepas dari tipu daya iblis mengikuti jalan yang lurus yang dijaga Allah swt. Jadi sesat atau tidaknya seseorang adalah Allah swt yang menentukan.

Kalimat istiazah, sebagai kiat berlindung dari Allah dari setan yang terkutuk. Masih kurang.

Mengapa iblis dan turunannya tidak akan mendatangi umat manusia dari arah atas dan/atau dari arah bawah.

Sederhana. Judul di atas, bukan sekedar filosogis, filasafati. Tetapi sudah masuk derajat religius. Landasan keimanan seseorang serta menjaga hubungan dengan Allah swt, di setiap waktu dan tempat. Susah ditembus oleh iblis.

Iblis dan kroninya, koalisinya tak gampang menyerah. Memanfaatkan nikmat dunia sebagai pintu masuk ke hati manusia. Orang dekat bisa dijadikan perantara.

Jika kaki ini rutin dipakai untuk menegakkan sholat 5 waktu dan sholat sunah, in sya Allah, pondasi hidup manusia sulit digoyahkan oleh godaan, gangguan, bujuk rayu, bisikan setan.

Heran, walau setan dibelunggu selama bulan Ramadhan, namun jika ada manusia yang biasa-biasanya saja. Sebagai bukti Allah adanya ketentuan, ketetapan, kepastian dari-Nya.

Pasca salam penutup sholat, manusia wajib menengadahkan tangan ke atas, kepala tunduk. Panjatkan puja, shalawat dan doa kepada-Nya. Momen ini sebagai penguat ketundukan, kepatuhan, ketaatan kita kepada-Nya.

Posisi tidur, berbaring. Apakah “atas” dan “bawah’ kita berubah atau tetap sesuai dengan tubuh. Perlunya wudhu dan doa jelang lelap. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar