paket bantuan pemulihan politik, oposan vs oplosan
Terkadang, kadang-kadang, kadangkala yang namanya politik bisa bak bisa
ular. Memacu memicu laju negara sejahtera atau sebaliknya. Negara Indonesia
adalah negara hukum, melalui jasa partai politik liwat lajur legislasi. Barter
politik, dukungan biaya politik dengan imbangan, imbalan pasal hukum. Belum halnya
negara multipartai, setengah demokrasi, ajang pasar bebas ideologi global.
Kembali ke ungkapan bahasa Jawa yang diangkat, diungkit, diangkut dari
kisah nyata kehidupan suku bangsa Jawa. Ada sebutan “dudu sanak dudu kadang yen mati melu kelangan”. Berdasarkan fakta bukan saudara
bukan keluarga jika meninggal ikut kehilangan. Hubungan suami istri, meskipun
bukan sanak saudara, jika salah satu meninggal yang lain merasa sangat
kehilangan.
Terkait sanak, masih ada ungkapan “kalah satak bathi sanak”. Rugi harta laba saudara. Rumusan orang berdagang yang merugi, tetapi
akan bertambah langganannya.
Agar tak kian-kemari. Olah kata ini diakhiri tapi bukan ditutup dengan
cuplikan “kadang katut” alias saudara terbawa. Menjadi saudara karena ikatan perkawinan dengan
saudaranya. Lain pasal dengan “kadang konang”. Atau, saudara kunang-kunang. Sindiran bagi laku yang diangap saudara
hanya mereka yang berharta, berpangkat saja.
Soal ‘katut’, ingat peribahasa Jawa, berujar bebas “swarga nunut neraka katut”. Makna, sang istri
yang sangat setia pada suami, senang dan susah selalu ikut. Istri tidak hanya
mengikuti kebahagiaan suami, tetapi juga mengikuti kesusahan yang sedang
dihadapi. Peribahasa ini diperuntukkan untuk istri yang setia terhadap suami,
baik dalam keadaan senang maupun susah. Wanita karier wajib tahu makna peribahasa
ini.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar