Halaman

Jumat, 14 Agustus 2020

dilema pilkada 2020, nasional kesempitan vs lokal kelonggaran


dilema pilkada 2020, nasional kesempitan vs lokal kelonggaran

Bukan ukuran sepatu sampai ukuran tutup kepala. Penyuka busana ketat, tak peduli ukuran. Mau pakai standar pabrik. Pakai simbol abjad L (longgar), S (sesak), M (molor) atau XL. Lain pasal, perkara mirip dengan ukuran tubuh non-standar nusantara. Penggila katok komprang ada model khusus.

Awam tak mau tahu sejarah penemuan bikini. Bukan budaya perempuan nasional sejati. Perempuan merasa tak bergengsi kenakan busana tradisional yang jaga pandangan lawan jenis. Pendidikan politik terbuka sejak dalam kandungan, membuat lebih berkelas terbuka 24 jam.

Efek domino daripada pesta demokrasi, negara multipartai melahirkan jenis politik massa, politik kolosal, politik ombyokan, politik curah. Di atas kertas tersurat Rekrutmen dan Kaderisasi Partai Politik Ideal. Nilai komersial bakal calon lebih menentukan nasib diri dan partai politik.

Kisah sukses penguasa tunggal dengan kendaraan politik yang serbaguna, segala medan dant ahan cuaca. Tersurat dan tersirat, modus pengkaderan. Sebuah organisasi sayap atau underbow partai, dihidupkan oleh Sekber Golkar atau penguasa. Penguasaan teritorial liwat dwi fungsi ABRI.

Basis suara, kantong suara tidak identik dengan militansi kader. Biaya politik membuka peluang bagi pihak mana saja. Organisasi kemasyarakatan yang main politik, bisa lintas agama. Berburu kursi kuasa pemegang otoritas politik, dari segala arah.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar