Halaman

Sabtu, 08 Agustus 2020

menulis untuk menulis


menulis untuk menulis

Kendati belum melampaui kuota yang ditetapkan. Ditetapkan tersurat judul Biasa Menulis Belum Tentu Bisa Menulis, tertanggal 8/9/2018 5:35 PM 24 KB. Maksudnya, frasa ‘menulis’ sudah lama ditetapkan dan diterapkan. Judul yang tersedia, dirangkai bisa menjadi narasi sederhana.

Pemerintah dengan ikhlas menyediakan media massa arus utama atau sebaliknya. Tim kontra produktif dipelihara oleh negara. Setiap pemerintahan berusaha menjaga stabilitas negara. Modus yang dipakai dengan menciptakan suasana yang tidak stabil. Berkat Perubahan Kedua UUD NRI 1945 muncul pasal 28E yang terdiri atas 3 ayat. Kita simak ayat ke 3:

(3)          Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat.

Sedekat itu atau sejauh ini, belum ada UU yang menjelaskan lebih jelas. Mungkin sudah ada yang identik, macam UU berbasis tata manfaat TIK. Rasanya, kuping pemerintah bisa terpajang bebas atau tapi malah tak peka. Jauh dari hamparan komunitas rakyat. Tapi, ujaran bebas seolah mengkritik atau menodai, menciderai nama baik, nama mulia penguasa. Langsung libas dengan pasal berlapis.

Ternyata, kawanan pecandu kursi kuasa semua gender, segala umur itu sesungguhnya adalah manusia atau orang sakit. Menegak obat kuat politik agar tegak diri. Konsumsi tak akan berakhir walau kondisi sakitnya tak berbahaya dan membahayakan. Di nusantara ini, kawanan ini sengaja buat penjaga keseimbangan.

Populasi ‘menulis’ layak, laik ditelusuri dengan sistem random sampling. Diharapkan punya  daya generalisasi dan klaim yang besar. Penelitian menemukan bukti ringan, bahwa pihak yang lebih intensif dalam menjalankan spirit+ritual (spiritual) menulis wajib maupun sunnah.  Berinteraksi timbal balik dengan status sosial-ekonomi (sinerji dari tradisi keilmuan, profesionalisme, pengalaman hidup, kelas pendapatan, dan kategori hunian). [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar