partai golkar mendaur ulang sisa semangat semu
Golongan Karya di
zaman Orde Baru, identik dengan pemerintah, identik dengan Suharto. Pengalaman
dan jam terbang yang sekarang berjudul Partai Golongan Karya (PG), menjadikan semangat
PG tergantung permintaan pasar. Akumulasi keheterogenan karakter pemain, pelaku
dan pekerja politik di tubuh PG, menjadikan daya juang ideologinya nyaris tanpa
ideologi. Mirip perkumpulan orang sibuk, atau sibuknya orang yang berlaga di
panggung, industri dan syahwat politik Nusantara.
Kran demokrasi
mengucur deras di awal era Reformasi, tanpa komando banyak komponen Golkar
menyempalkan diri. Ada yang berhasil, syukur. Yang tidak sabaran bisa-bisa bisa
jadi masuk kategori pengkhianat politik. Ciri utamanya merasa paling berjasa,
paling banyak punya andil menyelesaikan masalah bangsa dan negara. Negara
dianggap sebagai perusahaan, kekuatan Rp bisa mengubah sejarah.
Bayangkan, sesama
pengurus, antar anggota PG begitu nian teganya. Terjadilah drama tanpa episode “PG
makan PG”. Inilah, walau PG keluar membebaskan diri dari KMP, bukan serta merta
lantas nilai jualnya meroket. Mungkin, yang disasar pesta demokrasi 2019.
Pemerintah Jokowi-JK yang kadar waras politiknya masih berbobot, tentu bisa
menilai jangan-jangan nanti bisa makan teman dalam lipatan. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar