Kejahatan Politik vs Kebijakan
Politik
Judul di atas tak bisa dikiaskan bak
dahulu mana ayam atau telur. Diserempetkan dengan hukum keseimbangan ala
Yan-Yin atau sesuai logo di bendera negara Korea Selatan, agak bisa masuk akal.
Secara matematis apakah hubungannya
adalah berbanding terbalik atau berbanding lurus, itu soal wacana dan sudut
pandang. Secara historis dapat disimpulkan bahwasanya kebijakan politik
mengandung unsur terkecil berupa kejahatan politik. Atau ada pola hubungan lain yang sudah familiar.
Tidak ada definisi universal tentang
apa itu kejahatan politik. Beda dengan kejahatan ekonomi. Jangan lupa, hubungan
antara politik dengan ekonomi sangat akrab. Daya beli pelaku ekonomi mampu
mengendalikan gairah manusia politik. Apa jadinya kalau manusia ekonomi terjun langsung
di pemerintahan.
Agak pas jika kita berangkat dari
alam sepak bola. Di atas kertas, pihak pengelola kesebelasan merasa timnya
layak tanding. Bisa merasa di atas angin. Atau sekedar cari pengalaman. Aneka taktik, strategi, skenario berlapis, modus
sepak-menyepak, rekadaya pura-pura dijegal lawan, sampai membuat gol yang luput
dari pengawasan wasit, dilengkapi komando di lapangan hijau serta seabrek
bisik-bisik.
Ramuan kebijakan politik memang
mengakomodir kepentingan politik berbagai pihak yang mempunyai kursi di
parlemen. Jika terdapat hal yang abu-abu, anggap sebagai dinamika demokrasi.
tak berlaku peribahasa “akibat nila setitik rusak susu sebelanga”.
Yang nyata dan jelas serta terukur
adalah walau nila sebelanga, revolusi mental jalan terus. Zaman sekarang,
semakin majunya peradaban manusia Indonesia yang ditandai dengan lajunya
peradaban politik. Betapa tingkah laku, perilaku, tindak tanduk para pelaku,
pemain, pegiat, penggila politik di panggung, industri, syahwat politik begitu
bergelora, berapi-api tanpa kompromi. Pihak manapun jadi penghambat, sikat.
Kawan yang tak sepakat, lumat sebelum khianat. Tersedia dua menu pilihan
mempraktikkan ideologi : hujat atau jilat. Atau kombinasi keduanya.
Tujuannya sama dan cuma satu, yaitu
mempertahankan eksistensi nila setitik. Kalau perlu susu sebelanga dikorbankan.
Dipersembahkan kepada dewa penyelamat Apa arti susu sebelanga dibanding nikmat
periode kedua, yang seolah sudah di depan mata.
Jadi, mau diapakan hak konstitusional kita.
Wallahu a’lam bisshawab. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar