Halaman

Sabtu, 20 November 2021

mau laku lurus, malu digelari pancasilais

mau laku lurus, malu digelari pancasilais

Belum mati saja sudah dilalatin. Gurauan antar tukang kocok perut. Ketika lihat  lawan sesama badut  politik, saat mangap malah didatangi lalat. Dikira tempat pembuangan sampah. Beda pasal, kasus sejenis. Anak batita terbirit didatangi teman ibunya. Komen peliput, “anak kecil saja bisa membedakan  .  .  .  . “.  Yang  diberitakan bahwa “anak kecil mampu melihat demit ndas ireng”. Foto kejadian selaku bukti.

 Kuntilanak atau sebutan sesuai lokalitas. Seragam pakai seragam busana  putih, rombeng, compang-camping. Tuntutan suara, mesti jenis kaum hawa yang layak tampil. Konfigurasi fisik tidak jadi syarat utama.  Model modus “arwah penasaran” bagaimana status khusus saat hidup di tubuh partai politik. Modal dasar  sadar tampang memelas sampai bak model duduk manis tunggu giliran.

 Ironis binti miris. Padahal potret diri, bak seribu kata. Sudah menjelaskan kefaktaan. Lagi apes, posisi  diri sedang tidak beres. Malah berani-beraninya pajang foto diri utuh di baliho jalanan. Foto “wanted” di film  cowboy besutan paman Sam. Bunuh diri karakter bawaan yang sudah mentok. Disodok malah jeblok. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar