Halaman

Sabtu, 09 Januari 2016

moral pe-revolusi mental Nusantara, hanya bisa berjuang jika punya jabatan politik

moral pe-revolusi mental Nusantara, hanya bisa berjuang jika punya jabatan politik

Kasus ibu rumah tangga mencuri meluas, fenomena ibu-ibu mencuri dan kemiskinan, para ibu yang terbelit kasus pencurian, pencurian oleh perempuan berkeluarga dinilai sebagai fenomena baru, sebagai judul ulasan berita di Republika belakangan ini.

faktor utama penyebab fenomena megakasus “ibu rumah tangga mencuri” semakin terkuak, ketika Republika, Sabtu, 9 Januari 2016, di halaman utama menayangkan gambar betapa dengan cerdasnya presiden kelima RI, tampil di acara negara. Pelatikan Kepala Sandi Negara (Lemsaneg) tidak sah, afdol dan berbobot politik tanpa kehadiran oknum dimaksud. Pasca pelantikan, ketiganya (plus Jokowi dan JK) menggelar pertemuan tertutup selepas pelantikan di tengah kencangnya isu perombakan kabinet.

Walhasil kaum perempuan melihat betapa si Puan dengan bebas melenggang menjadi pembantu presiden, berkat jasa perjuangan emaknya yang presiden senior. Tak akan goyah walau acap terjadi perombakan kabinet.

Kaum hawa merasa tersanjung serta merta merasa kedigdayaannya terwakili oleh ulah pokal dua perempuan tersebut. Celakanya, karena tak masuk bilangan pesuruh partai, tanpa pikir panjang maka terjadilah megakasus “ibu rumah tangga mencuri”.

Entah apakah semua ini sebagai tanda zaman, bahwa “wis édan tenan, tetep ora keduman”. Kalau tak jadi pesuruh/kurir partai tak bisa berbuat banyak untuk negara, minimal tidak bisa mensejahterakan diri sendiri.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar