Halaman

Rabu, 13 Januari 2016

dinamika pe-Revolusi Mental, kawanan parpolis amatiran vs kawanan parpolis apkiran

dinamika pe-Revolusi Mental, kawanan parpolis amatiran vs kawanan parpolis apkiran

Mencari apa yang dimaksud dengan ‘apkiran’, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kamus versi online/ daring (dalam jaringan) didapat penjelasan :

apkir/ap·kir/ v cak ditolak; ditampik; tidak dapat dipakai;

mengapkir
/meng·ap·kir/ v menolak; menampik;

apkiran
/ap·kir·an/ n (barang) yang sudah tidak dapat dipakai: sebagian kayu ~ masih dapat dimanfaatkan

Kalau apa yang dimaksud dengan ’amatiran’, pembaca sudah lebih tahu luar dalam daripada penulis.

Penggunaan nomenklatur, frasa ‘kawanan parpolis’, lebih layak dipakai untuk menandai, menengarai oknum anak bangsa yang hidup dari loyalitas total sebagai anggota partai politik. Disebut politisi, masih jauh api dari panggang. Apalagi didaulat sebagai negarawan oleh karib politiknya. Padahal julukan negarawan ataupun politikus tanpa tanding justru sebutan dari lawan politik.

Kita contoh, pesepak bola klas dunia, berbagai gelar, julukan, sebutan bukan hadian atau warisan dari leluhurnya. Gantung sepatu, bukan berarti tamat riwayat karier. Malah merambah ke berbagai profesi lainnya.

Apa hubungan antara pesepak bola dengan kawanan parpolis Nusantara? Untuk pembanding, sebagai sandingan apa siapa, dst.

Parpol yang berhasil meliwati kawah Candradimuka zaman Orde Baru begitu masuk jebakan dan jeratan Reformasi, banyak mengalami perubahan bentuk, atau menampakkan wujud aslinya. Bahkan parpol spesialis pendatang di setiap pesta demokrasi lima tahun sekali, semakin menambah perbendaharaan politik nasional.

Terbukti, Reformis yang tidak ikhlas berjuang untuk bangsa dan negara, merasa masih mampu berada di barisan depan. Sudah saatnya masuk kotak, atau di belakang layar jika berbobot, malah jual tampang. Semangat emansipasi, bangsa ini semakin dibuai penololan diri sendiri. Itu saja. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar