Halaman

Minggu, 16 Agustus 2015

kefasikan pers Nusantara, moncong bewok dielus pantat goyang disentil

kefasikan pers Nusantara, moncong bewok dielus pantat goyang disentil

Modal barisan kata ini cukup sederhana. Mencuplik berita, hasilnya :
TEMPO.COJakarta - SABTU, 15 AGUSTUS 2015 | 09:43 WIB - Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Suwarjono mengatakan salah satu pernyataan Presiden Joko Widodo dalam pidatonya dalam sidang tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat, 14 Agustus 2015, memberikan sinyal akan membelenggu kebebasan pers. ”Meski tidak eksplisit, Jokowi mengesankan semua media, termasuk yang sungguh-sungguh bekerja melayani publik, sebagai kambing hitam,” ucap Suwarjono dalam keterangan pers yang diterima Tempo, Sabtu, 15 Agustus 2015.

Sebelumnya, dalam pidatonya, Jokowi menyatakan saat ini semua orang merasa bebas dalam berperilaku dan menyuarakan kepentingannya. “
Keadaan ini menjadi semakin kurang produktif ketika media juga hanya mengejar rating dibanding memandu publik untuk meneguhkan nilai-nilai keutamaan dan budaya kerja produktif,” ujar Jokowi.

Suwarjono menilai Jokowi bersikap hipokrit dengan pernyataannya itu.
Sebab, sehari sebelumnya, Jokowi menganugerahkan penghargaan Bintang Mahaputra Utama kepada Surya Paloh, pemilik stasiun televisi Metro TV. Padahal, pada 2014, AJI mengumumkan, Penanggung Jawab RedaksiMetro TV sebagai musuh kebebasan pers. “Menurut AJI, pemilihan Surya Paloh menjadi preseden buruk atas sikap negara terhadap kebebasan pers dan independensi ruang redaksi di Indonesia,” tuturnya. Paloh, kata Suwarjono, turut mewarnai wajah buram keberpihakan media saat pemilihan umum 2014.

Menurut Ketua Bidang Advokasi AJI Iman D. Nugroho, ancaman pidana terhadap kebebasan berpendapat--seberapa pun besarnya--tetap merupakan ancaman terhadap kebebasan berpendapat. Ia mengatakan, di negara demokratis, perbedaan pendapat yang disampaikan media massa merupakan hal biasa. Iman berharap Jokowi tidak membuat kebijakan yang akan menjadi senjata baru bagi aparat penegak hukum untuk menjerat rakyatnya yang kritis.
MITRA TARIGAN

Bandingkan maupun sandingkan dengan berita ini, yaitu :
“KPI Soroti Tiga Program Berkualitas Rendah”
Rabu, 10 Juni 2015Penulis: Puput Mutiarahttp://www.mediaindonesia.com/mipagi
ANTARA/ANDIKA WAHYU
KOMISI Penyiaran Indonesia (KPI) menyampaikan kualitas program acara televisi saat ini masih di bawah standar berkualitas. Itu bisa dilihat dari hasil survei indeks kualitas program acara secara keseluruhan, yaitu hanya 3,25.

Padahal, dalam survei yang dilakukan KPI bekerja sama dengan sembilan perguruan tinggi di sembilan kota dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) itu, indeks standar minimal untuk program berkualitas yakni 4,0.

"Dalam sembilan jenis program acara yang dinilai oleh para responden, KPI menyoroti tiga program siaran dengan nilai indeks jauh di bawah standar KPI, yaitu
program infotainment, sinetron, dan variety show,'' ungkap Ketua KPI Pusat Judhariksawan saat jumpa pers penyampaian hasil survei indeks kualitas program televisi, di Jakarta, kemarin.

Ia menjelaskan standar kualitas KPI yang dipakai pada survei itu berdasarkan pada kesesuaian program siaran dengan tujuan, fungsi, dan arah penyelenggaraan penyiaran sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 32/2002 tentang Penyiaran.

Untuk metode survei, kata dia, pihaknya menggunakan penelitian kualitatif dengan 9.000 program yang disurvei. Semua program itu kemudian dipetakan menjadi 45 program acara televisi dengan sembilan kategori.

Secara teknis, sambungnya, 90 responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan (50%:50%) bertindak sebagai panel ahli di sembilan kota. Mereka diminta untuk menonton program acara mulai dari pukul 05.00 WIB hingga 24.00 WIB dari 15 stasiun televisi nasional.

Dari situ selanjutnya didapatkan nilai indeks untuk setiap kategori, di antaranya kategori infotainment (2,34), sinetron/film/FTV (2,51), variety show (2,68), komedi (3,03), anak (3,13), berita (3,58), talkshow (3,78), wisata/budaya (4,09), dan religi (4,10).

"Sayangnya, tiga kategori program yang mendapat indeks kualitas rendah justru berada di waktu-waktu utama (prime time). Padahal, kami ingin program acara televisi bisa mengedukasi masyarakat agar semakin cerdas dan berkarakter,'' tukas Judhariksawan.

Evaluasi izin
Dalam menyikapi hasil survei tersebut, KPI akan segera memanggil seluruh lembaga penyiaran untuk dapat meningkatkan kualitas pada tiga program siaran yang berkualitas rendah.


Koordinator Bidang Kelembagaan KPI Pusat Bekti Nugroho mengungkapkan pihaknya juga akan meminta asosiasi periklanan untuk ikut mempertimbangkan hasil survei dalam menempatkan iklan-iklan mereka.

"Idealnya kan tayangan berkualitas yang harus mendapatkan dukungan. Karena kalau sesuai dengan fungsinya, media massa itu sebagai kontrol sosial, edukasi, dan hiburan,'' ucapnya.

Dengan begitu, ia berharap di masa depan, tayangan yang muncul di stasiun televisi bisa didominasi program-program berkualitas. Apalagi, sepanjang tahun lalu, KPI sudah mengeluarkan peringatan terhadap program sinetron dan variety show berdasarkan aduan dari masyarakat.

"Itu sebabnya, hasil survei kali ini akan menjadi pertimbangan bagi KPI dalam proses evaluasi perpanjangan izin bagi lembaga-lembaga penyiaran yang akan habis pada 2016 mendatang,'' pungkas Bekti. (H-2)

simpul saja

 Sebagai pendengar siaran televisi, jangan lupa bahwa rakyat Nusantara tidak bisa dibodohi hidup-hidup, tidak bisa ditipu mentah-mentah, tidak bisa dikadali terang-terangan. Judul ini memang “kw3”, sehingga tak layak untuk dipelototi apalagi emosi picisan tersungging (spt wayang kulit). [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar