revolusi mental Nusantara vs membaca tanda zaman
Pada musim dingin tahun 1996 di Colorado, Amerika
Serikat, para pemimpin spiritual suku-suku asli di Benua Amerika berkumpul dan
menyampaikan deklarasi bahwa era lama telah berakhir dan bangsa manusia
memasuki zaman baru.
Era lama ditandai dominasi energi maskulin yang
mengutamakan persaingan, agresi, eksklusivitas, dominasi, dan eksploitasi alam.
Bangsa manusia memasuki peradaban baru di mana perempuan dan laki-laki memiliki
derajat sama. Peradaban baru ini ditandai energi feminin positif yang
mengutamakan kerja sama, non-agresi, inklusivitas, pelayanan, dan hidup
harmonis dengan alam.
Menurut deklarasi itu, lahirnya peradaban baru diawali
dengan era pembersihan besar-besaran yang hadir dalam rupa gempa bumi,
gelombang tinggi, letusan gunung berapi, tsunami, perubahan iklim, wabah
penyakit, konflik/kerusuhan, lumpuhnya sistem moneter, meluasnya migrasi paksa
dan berbagai bencana lainnya.
Selama masa pembersihan, Bumi melepaskan energi baru.
Energi ini getarannya membuat manusia yang energinya destruktif terhadap
peradaban akan kehilangan akal sehat dan melakukan kesalahan fatal yang
menghancurkan diri sendiri. Sebaliknya, mereka yang energinya konstruktif
terhadap peradaban justru akan semakin menonjol prestasi dan kebaikannya.
Dengan membaca tanda-tanda zaman, kita bisa
menempatkan terungkapnya demikian banyak kasus korupsi, gejala hilangnya akal
sehat dan akal budi para elite dan penguasa sebagai isyarat lahirnya Indonesia
baru. Republik tengah dibersihkan dari kekuatan destruktif yang merusak
peradaban. (dicuplik dari sumber : http://ecosocrights.blogspot.com/2013/10/ membaca-tanda-tanda-zaman.html).
[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar