Cara Bijak Ormas Islam
Mengkritisi Kebijakan Pemerintah
oleh : Rathi
Nurwigha
Entah sejak pemerintahan siapa, ketika
penetapan 1 Ramadhan maupun 1 Syawal menjadi ajang perseteruan antara
pemerintah dengan organisasi kemasyarakat (ormas) Islam. Jangankan masalah
pelaksanaan syariat Islam, kebijakan umum pun ormas Islam tanpa diminta bersikap
kritis. Ironisnya, setiap pembahasan dalam rangka proses penetapan kebijakan,
jika diundang tidak hadir. Atau mewakilkan kepada anggotanya yang hanya datang,
duduk, diam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Barangsiapa
hendak menasihati pemerintah tentang sesuatu, janganlah dia lakukan dengan
terang-terangan. Akan tetapi, hendaknya dia ajak dan menyendiri dengannya. Jika
diterima, itulah yang diharapkan. Jika tidak, sungguh ia telah menunaikan apa
yang menjadi kewajibannya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya).
Sejauh ini kita menyadari eksistensi pemerintah. Terdapat dua kewajiban
utama/pokok yang harus ditunaikan oleh pemerintah. Pertama, menjaga
keutuhan dan keberlangsungan agama serta melindungi keberlanjutan agama. Ikhwal
inilah yang paling penting untuk diperhatikan dan dijaga. Kedua,
mengatur urusan dunia, sebab meliputi kemaslahatan dunia secara umum, yaitu dengan
menetapkan kebijakan serta mengambil langkah pelaksanaan dan pengawasan.
Pemerintah sebagai proses dan produk politik. Ormas Islam, terlebih jika jagonya
tidak jadi presiden, atau bahasa terangnya jika ketua mau maju jadi capres
masih malu-malu mau, dengan tenang hati memposisikan diri berseberangan dengan
pemerintah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar