Politika Dibaca :455 kali , 1 komentar
2014, Kalah dan Menang Lawan Siapa?
Ditulis : Herwin Nur, 18 Oktober 2012

Tafsir Politik
2014, ranah politik Indonesia memasuki kuantum kalah-menang. Iklim politik dalam kondisi ekstrem, berbagai kemungkinan bisa terbukti. Kursi RI-1 banyak peminat, terlebih SBY secara konstitusional sudah dua periode menjadi presiden, tidak bisa maju pilpres lagi. Ketua Umum parpol merasa paling berhak maju pilpres.
Dua tahun jelang 2014 merupakan arena pertarungan bebas antar parpol untuk merebutkan simpati para pemilih mengambang (konstituen yang belum menentukan pilihan secara spontan, berasal dari kalangan pemilih pemula atau golongan putih periode yang lalu) maupun pemilih yang lebih melihat figur daripada parpol. Capres perorangan sebagai harapan terakhir rakyat, minimal bisa memberi angin segar bagi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Oposisi Setengah Hati
Periode 2009-2014 membuktikan adanya parpol yang memilih oposisi, tidak rela menempatkan kadernya hanya sebagai pembantu presiden di kabinet. Ironisnya parpol oposan getol meraih kursi kepala daerah. Kondisi ini membuktikan bahwa etika dan moral parpol oposan hanya sekedar mencari kekuasaan, ikhwal kesejahteraan rakyat, memperjuangkan nasib wong cilik hanya sebatas kampanye.
Selain sebagai parpol oposan setengah hati, mereka dengan lantang mengatakan 2014 harus menang. Beberapa kursi gubernur, misal gubernur DKI Jakarta 2012-2017, berhasil direbut oleh kadernya. Keberhasilan atau kemenangan parpol hanya berdasarkan kategori telah berhasil merebut kursi eksekutif.
Parpol tanpa merasa malu dan risi mendirikan posko saat terjadi bencana alam, terlebih jika diliput jurnalis yang gemar mencari sensasi. Ketika harga tempe melonjak, pemerintah terpaksa nemambah jatah import kedelai. Ketua Umum parpol oposan mahir menyalahkan pemerintah karena tidak bagi bibit kedelai unggul ke petani dan akan ditanam ramai-ramai. Nyatanya, selama ini memang tidak ada kader parpol oposan yang mau turun ke sawah. Parpol oposan lebih memilih lahan basah yang menjanjikan, tanpa harus memeras keringat.
Posisi Parpol Islam
Posisi parpol Islam di mata publik (Republika Online, Kamis 18 Oktober 2012) semakin menurun jika dilihat dari hasil survei, terakhir dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN). Dalam survei tersebut, partai Islam berada di peringkat bawah dalam kemungkinan akan dipilih para responden dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 mendatang.
PKS mendapatkan 4,5%, PAN 1,9%, PKB 1,4% dan PPP 0,9%. Jumlah ini jauh di bawah perolehan suara partai-partai nasionalis seperti Partai Golkar 14,4%, PDIP 11,7% dan Partai Demokrat 5,4%.
Survei sebagai potret apa adanya, tidak menggambarkan realita seutuhnya dan kurang mampu menjangkau perilaku pemilih. Subyek survei hanya untuk kalangan perkotaan dan kelompok masyarakat tertentu saja
Kiprah dan kinerja wakil rakyat dari parpol Islam tergantung pemberitaan media massa, secara tak langsung akan mempengaruhi elektabiltas dan popularitas parpol Islam. Organisasi massa (ormas) Islam punya andil dalam menggerakkan roda parpol Islam. Ormas Islam tidak proaktif dalam menyikapi kondisi kehidupan politik nasional, lebih bersikap menunggu bola liar atau mengeluarkan pernyataan tidak sesuai dengan fitrahnya.
Rakyat Menang
Rakyat dibutuhkan hanya sebagai konstituen, perebutan kekuasaan menjadikan rakyat sebagai obyek saja. Aspirasi rakyat lebih banyak disalurkan melalui mekanisme Rukun Tetangga dalam tahapan musyawarah perencanaan pembangunan, atau turun ke jalan, seolah tidak punya wakil rakyat.
Partisipasi politik sebagai hak warga negara antara lain dalam menyusun kebijakan publik, dalam prakteknya rakyat diposisikan sebagai penggembira. Kebijakan publik sebagai produk hukum di tingkat kabupaten/kota pun tidak sepenuhnya pro-rakyat.(Herwin Nur/Wasathon.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar