Halaman

Minggu, 04 Desember 2022

derap-kerap-serap-terap laju di tempat

derap-kerap-serap-terap laju di tempat 

Kata, lema ‘biasa’ di tangan manusia menjadi  ‘tidak biasa’. Main gubah-rubah-ubah nasib diri karena merasa punya ilmu. Kurva kinerja, prestasi mengikuti pola trén positif. Tidak mengenal titik jenuh, titik kritis  apalagi titik balik. Pergantian waktu dianggap liniér, menerus lurus. Ambisi mewujudkan angan-angan berbasis préferénsi. Pokoknya harus. Kalau tidak, resiko ditanggung.

Status aktif negara berkembang mengalami proses teranyarkan oleh sistem dilematis. Dinamika manusia khalifah nusantara yang merumuskan sistem. Melupakan asas mufakat untuk sepakat. Memakai bahasa poiltik “sepakat untuk tidak sepakat”.

Partai sepakatan menjadi karakter parpol melayu. Kata lainnya adalah ‘putus kata’. Hitung mundur menjadi silang kata. Menyelesaikan masalah politik dengan dalil “politik adalah panglima“.  Itu di zaman Orde Lama. Teranyarkan di era reformasi menjadi “manusia politik adalah panglima nusantara”. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar