Halaman

Selasa, 06 Juni 2017

tancep kayon, politik intimidasi vs intimidasi politik



tancep kayon, politik intimidasi vs intimidasi politik

Niat baik sebagai pribadi tentu menjadi dasar tindakan semua anak bangsa, mulai dari rakyat minimalis sampai super-rakyat. Dibulatkan dengan rencana tindak, mulai dari pokokya ada sampai yang dirumuskan di luar kepala yang membikin kepala pusing tujuh keliling. Persiapan jelang pelaksanaan sangat beragam. Ada yang adem-ayem, semua diserahkan kepada mekanisme alam. Sisanya ada yang belum apa-apa sudah sibuk, seperti kejadian sebenarnya.

Di lingkungan rumah tangga, keluarga, yang namanya privasi tentu sudah diterapkan sejak dini. Memakai norma lokal sampai yang bergaya universal. Suasana relijius sebagai syarat dasar pembentukan peradaban yang berbasis keluarga, rumah tangga dan menular ke lingkungan tempat tinggal.

Namanya negara berbasis industri militer dan senjata pemusnah massal, kalau dunia adem-ayem, mereka akan bangkrut. Produknya tidak ada yang membutuhkan. Padahal biaya riset pengembangan senjata anti-manusia tetap berjalan dan meningkat. Secara politis hasil jual senjata secara legal menjadi pendapatan asli negara.

Di NKRI, memang bukan negara produsen senjata untuk jaga diri, tetapi sebagai konsumen lotal, setia. Cuma terkadang apa daya, tangan tak mampu membayarnya. Kembali ke pasar zaman batu, dengan sistem barter. Disesuaikan dengan zaman sekarang menjadi barter ideologi.

Ideologi nasional Pancasila dibarter, tukar tambah, ganti untung maupun model lainnya yang hanya diketahui oleh pelakunya, dengan ideologi yang seolah sudah mendunia. Diperkuat dengan kita menyediakan sumber daya manusia untuk dididik di negara mereka untuk mengikuti proses cuci otak.

Indonesia bukan sekedar sasaran empuk. Memang karena historis sebagai kelanjutan penjajahan oleh bangsa asing berlanjut dengan penjajahan terselubung, tak langsung. Bukan sekedar NKRI dijajah oleh bangsa sendiri. Bangsa sendiri sudah menjadi penindas rakyatnya. Stigma musuh negara vs musuh rakyat, menjadikan aparat mempunyai wewenang legitimasi untuk berbuat apa saja. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar