Halaman

Minggu, 04 Juni 2017

harga diri bangsa vs pesona citra diri



harga diri bangsa vs pesona citra diri

NKRI walau usianya sudah tidak remaja lagi, namun masih tampak seksi, tampil genit dan nyaris bergaya kekanak-kanakan.Tidak hanya menjadi daya tarik turis, pelancong, wisatawan mancanegara, juga justru menarik minat investor politik dari negara paling bersahabat.

Kendati sudah dua kali dibuayain habis-habisan dengan menjadi sponsor kudeta PKI Madiun September 1948 dan berlanjut yang kedua dengan G30S 1965 yang melahirkan Pancasila. Bangsa ini memang sangat pemaaf. Sebagian pihak malah mendewa-dewa sang dewa penyelamat. Terlebih bagi pihak yang diuntungkan pada pesta demokrasi 2014.

Selain hal itu, bangsa ini memang ahli sebagai penerima warisan dari nenek moyangnya. Sebagai penerima manfaat. Yang siap melanjutkan estafet kepemimpinan nasional, tanpa perlu berkeringat.

Fenomena wong mlarat, keserakat bisa munggah bale. Diperparah manusia super-kaya turun temurun menjadikan bangsa ini sebagai ajang pertarungan bebas antara petarung politik dengan pelage ekonomi.

Seperti layaknya tontonan atau silat serial tanpa eposiode, selalu mengekspose keperkasaan kepak sayap garuda. Namun saat kalah, keok oleh jurus cakar naga, mendadak listrik PLN mati, padam, mogok.

Yang ditampilkan, ditayangkan kisah sukses sang penguasa. Di balik layat, innestor politik sudah siap siaga mengantisipasi kejadian tak terduga. Seperti saat pilkada gubernur DKI Jakarta putaran kedua, rabu 19 April 2017. Pengawal revolusi merah yang dikawal 9 naga, malah penyok hidup-hidup. Entah scenario apa untuk periode atau pesta demokrasi 2019. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar