Halaman

Sabtu, 24 Juni 2017

demokrasi plus minus parpol, sarat perasa buatan, pewarna pakaian atau zat pengawet



demokrasi plus minus parpol, sarat perasa buatan, pewarna pakaian atau zat pengawet

Apapun bahan baku demokrasi ala NKRI, tak akan lepas dari modal dasar yang dihabiskan oleh pelaku utamanya. Apa saja modal dasar yang disandang para pelaku dimaksud. Bukankah sejauh ini andalan oknum kawanan parpolis adalah syahwat politik.

Modal dasar minimal adalah memang merek vs merek menang, tinggal melanjutkan keringat moyangnya. Bagi yang modal keringat dw, tentu tak mau rugi sendiri. Kalau bisa meraup untuk seoptimal mungkin, kenapa harus ala kadarnya. Kalau bisa sekarang menyedot manfaat kursi kekuasaan, kenapa harus menunggu hari esok lebih cerah.

Pesta demokrasi lima tahunan menjadi ajang tepuk dada adu selera. Modal pas-pasan atau hanya berharap dipinang bandar politik pasar bebas dunia. Idealisme pejuang politik masih sebatas di atas kertas. Atau malah masih diolah di angan-angan, ambisi dan fantasi politiknya.

Jangan-jangan, bumbunya apa, modal fatamorgana berhala reformasi 3K (kuasa, kaya, kuat) kemudian dihitung mundur, akhirnya menemukan ramuan ajaib bak revolusi mental. Makanya mental penguasa seolah merasa kebal hukum. Aji mumpung vs mumpung aji.

Tidak salah dan tidak layak disalahkan jika anak bangsa bisanya hanya mendaur ulang ideologi yang sudah usang. Pikirnya, barang bekas kualitas impor serasa mendongkrak gengsi, harga diri dan citra diri.

Jangan lupa, periode 2014-2019 diwarnai demokrasi pengharu rasa dan/atau demokrasi menghiba-hiba. Sedikit menyengat rasa bumbu penistaan agama lain oleh oknum penyelenggara negara anak emas Jokowi. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar