RTM Perokok, Sudah Terpuruk Rentan
Ambruk
Efek domino perokok aktif dari Rumah Tangga Miskin (RTM)
adalah secara tak sadar telah mengorbankan biaya untuk pendidikan anak,
kesehatan diri sendiri maupun keluarga serta gizi keluarga. Selain faktor kadar
dan daya edukasi sang perokok, ditambah, diperparah bahwa mereka atau RTM
menjadi sasaran empuk kampanye industri rokok. Pariwara suara maupun gambar
bahwa rokok dapat membunuhmu malah membuai sebagai anjuran untuk merokok.
Kalkulasi bisnis pemerintah hanya fokus pada penerimaan negara dari cukai tembakau. Jika dikaitkan total
kerugian makroekonomi terkait konsumsi rokok - mengingat populasi perokok maupun stratanya - bisa menembus angka empat kali atau lebih
besar daripada penerimaan cukai hasil tembakau. Itu urusan dan tangung jawab
perokok. Kebijakan pemerintah dengan rambu “kawasan dilarang merokok” sebagai
bukti nyata keberpihakan dan kepedulian.
Kemudahan mengakses sebatang rokok, bahkan bisa 24 jam, dengan
harga eceran per batang terjangkau oleh RTM, menjadikan rokok sebagai pilihan
utama perokok aktif. Soal gizi keluarga, tinggal pilih mie instant berbagai kemasan,
sebagai lauk atau malah makanan pokok.
Kesalahan tidak hanya di sang kepala keluarga yang perokok
aktif, pihak lain yaitu ibu RTM kurang memiliki pengetahuan sadar gizi
keluarga. Faktor keturunan atau faktor lingkungan itu persoalan lain. Secara umum
kita tidak
mengetahui idealnya besar tingkat konsumsi energi dan protein rumah tangga,
maupun idealnya proporsi pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran rumah
tangga.
Bisa jadi anggaran perokok aktif RTM tidak
mengganggu stabilitas keuangan keluarga. Kambing hitamnya ada di pengetahuan
keluarga tentang hidup sederhana, sehat dan sejahtera. Menjadi RTM bukan
pilihan. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar