Halaman

Minggu, 05 Maret 2017

bagai keledai sarat beban buku revolusi mental



bagai keledai sarat beban buku revolusi mental

Sudah bawaan nasib anak bangsa bahwa perjalanan kehidupan berbangsa dan bernegara, saat mempraktikkan ideologi Pancasila, dibebani oleh ulah, tingkah laku orang dalam. Singkat kata sebagai efek domino politik transaksional, politik jual beli suara sampai politik balas jasa, balas budi bersamaan dengan politik balas dendam.

Aroma irama syahwat politik sudah sampai kuadran waton suloyo : “dia tidak tahu kalau dirinya tidak tahu”. Namanya politik menang merek vs merek menang. Pokoké mbahé menang. Karepé mbilung. Togog malah gemuyu, nyekakak,  nyengir kuda.

Sinyal penistaan agama diperkuat dengan ujaran mendustakan ayat-ayat Allah. Ketemu berapa perkara, pasal apa saja kalau iseng menyebut agama menjadi komoditas politik. Agama dijadikan alat mendongkrak popularitas, menjadi taruhan politik. Politik menjadi agama baru, agama bumi yang mengajarkan semboyan : “Ketika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu. Sebaliknya jika tangan kiri menerima dan/atau mengambil, tangan kanan pura-pura tidak tahu”.

Apapun bisa terjadi dan sebagian terbukti sudah, sedang dan akan terjadi di periode 2014-2019. Relawan, bolo dupak, bonek Jokowi-JK bangga di luar kepala, betapa prestasi jelang tengah periode, sudah menyalip prestasi dua periode pendahulunya. Hebat super hebat. Jadi, cukup satu periode saja atau tidak perlu tunggu jatuh tempo. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar