Halaman

Selasa, 21 Maret 2017

ramuan ajaib revolusi mental, kejahatan seksual terhadap anak vs kejahatan ideologi terhadap rakyat



ramuan ajaib revolusi mental, kejahatan seksual terhadap anak vs kejahatan ideologi terhadap rakyat

Daripada menjadi “politikus mati muda di lumbung uang” lebih baik menjadi “pagar makan tanaman”.  Dua peribahasa ini memang tak ada talian kekerabatan menjadi lagu wajib tak tertulis peradaban berkemajuan aliran ideologi Nusantara. Dioplos menjadi bahan baku, bahan dasar ramuan ajaib revolusi mental.

Kemajemukan bangsa menjadikan tingkah laku ikut-ikutan membaurkan berbagai aliran pikiran, aneka arus modus tindakan dan segala pola gaya ucap ke dalam jiwa raga. Diperparah dengan asupan serba asing, aneh  untuk mendongkrak semangat nasionalisme.

Persoalan dan masalah bangsa yang tak kunjung surut. Yang lama belum dituntaskan, muncul dengan ragam lebih trendi. Wakil rakyat di daerah sampai pusat, terkadang pilih kasus. Mereka lebih merasa elegan, bermartabat kalau menangani kasus yang menambah popularitas, elektabilitas dan sekaligus yang bertarif internasional. Minimal tarif jam-jaman. Tidak pakai tarif lama, apalagi banting harga.

Kasus baru muncul, karena demi kepentingan penguasa, maka bilamana perlu, rakyat akan dikorbankan. Jangan lupa kawan, sistem pembagunan nasional mengenal dan memakai ungakapan “anak kurang beruntung” yang berlaku di subsitem pendidikan. Kondisi aktual dan faktual ini disempurnakan dengan ungkapan kelompok masyarakat yang kurang beruntung” secara sosial, ekonomi dan politik. Lebih heboh lagi ada ungkapan daerah yang kurang beruntung” menandakan semangat otonomi daerah berjalan mundur. Minimal jalan di tempat.

Jadi, anak kurang beruntung” dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung” tidak hanya sebagai korban iklan, slogan, jargon campur tangan politik, tetapi juga sebagai korban kebijakan pemerintah. Pemerintah lewat elit partai yang sedang berkuasa, selalu memposisikan penduduk, khususnya RTM, dalam kategori permanent underclass. Bahkan stigma uneducated people sudah diterapkan kepada kelompok pemilih di pesta demokrasi, yang diprediksi sebagai pemilih loyal. Atau kelompok pemilih yang melalui pendidikan politik pola serangan fajar, dapat diarahkan pilihannya. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar