tradisi
keilmuan vs evolusi mukiyo
Bukan
salah bunda mengandung, kalau sang bapak dengan ijazah SMA mampu eksis sampai
mempunyai keturunan. Efeknya, anak lelakinya lulus SMA dibiarkan bebas mau jadi
apa. Pengalaman hidup, ditularkan ke anaknya. Tanpa daya untuk meningkatkan
kualitas diri atau kualitas keluarga. Anak disiapkan berdasarkan pengalaman
masing-masing pribadi orang tua. Ini baru menyoal pendidikan, malah soal
pekerjaan seolah juga mewarisi keahlian orang tuanya. Seperti pernah saya
tayangkan olah kata fakta, betapa ayahnya jadi juru parkir, anaknya magang dan
bisa mandiri jadi juru parkir. Di lahan yang sama atau beda, persoalan lain.
Di kalangan
keluarga militer, anak lelaki mengikuti jejak karir bapaknya, bukan hal tabu. Seperti
estafet jiwa militer ke anak cucu. Tak kurang yang orang tuanya pendidik atau
pengajar, bisa di kampus, anaknya malah terkapar di bawah bayang-bayang orang
tuanya. Orang mempersoalkan karena sang isteri guru, apalagi guru besar,
biasa-biasa saja. Secara ilmiah membuktikan bahwa IQ, EQ, SQ atau kadar otak,
nalar, logika, jiwa seni dan sebangsanya merupakan perpaduan atau resultan dari
bawaan ayah ibunya.
Lahirnya
politik keluarga, politik dinasti atau sebutan lainnya yang bermakna bahwa
kekuasaan bisa diwariskan secara konstitusional, memang bisa menjadi aliran
pemikiran tersendiri. Ideologi atau partai politik menjadi perusahaan keluarga.
Anak cucu dikarbit, diorbitkan sejak dini. Nama besar bapaknya, trah moyang
yang tersohor, otomatis dipajang di belakang namanya. Bangsa yang merasa
keturunan bangsawan, terbiasa menambah “marga” di belakang namanya. Beda dengan
nama marga suatu suku bangsa di Indonesia.
Anekdot
politik menayangkan adegan episode tanpa episode, ada anak ideologis yang
merasa bisa jadi orang nomer satu, berdiri paling depan di barisan. Apalagi orang
tuanya menyanjung bahwa dirinya anak pintar dan disayang teman. Apa arti ijazah
kalau tak punya nama besar. Tidak punya nilai jual, kan bisa nebeng ketenaran
orang tua. Akhirnya muncul isme anak idiotnya logis. Idiot politik tak ada dalam
kamus manapun. Tapi menjadi inspirasi bagi kawanan parpolis Nusantara. Opo tumon. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar