Halaman

Selasa, 06 September 2016

efek domino negara multipartai, dendam politik vs evolusi mukiyo



efek domino negara multipartai, dendam politik vs evolusi mukiyo

Hanya terjadi di Indonesia, aroma irama dinamika kehidupan anak bangsa berpolitik, bukan bagian integral dari nuansa Pancasila. Rumusan. Lambing tiap sila memang bisa menjadi landasan ideologi utawa platform partai politik. Jika NKRI adalah harga mati, tak salah kalau partai politik adalah benda mati. Bahkan bagaikan berhala yang bisa mendatangkan keberuntungan bagi pemujanya, atau malah mampu menghadirkan kesialan bagi orang partai yang tak kuat menahan beban politik.

Efek domino negara multipartai, sangat terasa sejak pemilu 1999, pasca reformasi yang mulai dari puncaknya. Anak bangsa yang mendirikan parpol, merasa identik mengantongi tiket terusan menjadi penguasa negara. Oknum ketua umum merasa berhak maju sebagai capres. Hakikat penyelenggara negara berubah menjadi penguasa negara, pemilik negara di hati partai politik yang mempunyai kursi di parlemen Nusantara.

Niatan partai golkar untuk mencalonkan kadernya pada pesta demokrasi 2019, agar maju sebagai capres. Aroma irama ini membuktikan betapa jiwa Pancasila yang diterjemahkan ke dalam jiwa partai, hanya ada di atas kertas saja. Praktiknya, lebih ditentukan oleh akal, logika, nalar politik yang didominasi oleh nafsu, syahwat politik. “Tidak ada akar, rotanpun jadi”, menjadi semboyan ideologi golkar. Kemelut internal, banyak pihak yang yakin diri merasa bisa jadi ketua umum, menjadikan awal titik retak bangsa. Opo tumon. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar