Sifat Turunan
Selain pengaruh eksternal terhadap pembentukan karakter umat Islam, ternyata
dari tataran internal ada sifat turunan yang malah bisa menghancurkan umat
secara sistematis. Sifat turunan yang masuk kategori sifat buruk disebut dengan
penyakit umat.
Kondisi ini mungkin saja terjadi pada umat Islam dan masyarakat pada
umumnya, karenanya Rasulullah saw memperingatkannya: “Penyakit umat-umat
(lain) akan mengenai umatku, (yaitu) mengingkari nikmat, sombong,
bermegah-megahan, bermusuhan dalam (perkara) dunia, saling membenci, saling
mendengki hingga melampaui batas.” (HR Hakim).
Berdasarkan hadits di atas, ada tujuh penyakit umat yang harus diwaspadai
oleh umat Islam. Sebagai penduduk, umat Islam menghadapi penyakit masyarakat
(pekat) yang seolah tak ada obatnya. Pekat (sumber : http://www.agamkab.go.id/?agam=
kreatifitas&se=detil&id=24) ini adalah kegiatan yang dilakukan oleh sebagian orang di tengah-tengah
lingkungan masyarakat yang sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan kehidupan
sosial masyarakat karena menimbulkan dampak negatif sehingga menjadi penyakit
bagi masyarakat.
Ironisnya, kenyataannya bahwa berbagai kegiatan yang dilakukan adalah
kegiatan yang telah berakar dan telah lama dilakukan oleh masyarakat, telah
menjadi kebiasaan masyarakat setempat atau bagian budaya lokal (misal, membuat
minuman keras dari bahan baku lokal, sekaligus menenggaknya).
Kegiatan yang dikategorikan Pekat yaitu
: Perjudian; Narkoba (Narkotika, Obat Berbahaya); Minuman keras; Toto
Kuda/Toto Gelap; VCD Porno; Wanita Tuna Sosial (WTS)/Pekerja Seks Komersial
(PSK); Perampokan/Pencurian/Penodongan.
Artinya, setiap pemerintah kabupaten/kota mengambil langkah nyata dalam
memberantas Pekat. Substansi, muatan atau hal yang diatur dalam peraturan
daerah tergantung kondisi lokal.
Antisipasi Penyakit Umat
Tersurat ada 7 penyakit
umat yang perlu diantispasi :
1. Mengingkari nikmat.
Umat Islam sebagai
warga negara terbanyak, ternyata tidak berdaulat secara politik, hukum, dan
ekonomi sehingga hanya jadi penonton hiruk-pikuknya berbangsa dan bernegara.
2. Sombong.
Manusawi, banyak yang
merasa bisa, khususnya karena sebagai pemimpin umat merasa bisa jadi pemimpin
rakyat. Sombong karena ilmu pengetahuan yang tak seimbang dengan ilmu agama.
Puncak kesombongan, Allah akan mengunci mata hati manusia. Bentuk lain ketidakpedulian akan
mengakibatkan seseorang tidak memandang adanya hak orang lain pada dirinya.
3. Bermegah-megahan.
Kurang menjaga
keseimbangan hidup, terbuai sukses dunia, menggunakan ‘aji mumpung’.
Padahal selagi mendapat amanah, atau sedang di puncak kejayaan adalah waktu
untuk berbuat banyak buat umat.
4. Bermusuhan dalam (perkara) dunia.
Menghadapi musuh yang
sama, yaitu kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, atau saat menanggulangi
dampak bencana alam, umat Islam tidak bisa saling bersinergi. Terlebih saat
berjuang mencapai tujuan yang sama, yang ada adalah semangat persaingan.
5. Saling membenci.
Beda warna politik,
seolah menjadi seteru, menjadi pesaing yang harus dilibas. Bahkan dalam satu
barisan pun, sah-sah saja untuk saling menjegal. Baku kata di acara TVswasta pun malah menjadi
adegan komersial.
6. Saling mendengki.
Penyakit yang timbul
dari diri sendiri dan akan menggerogoti dirinya sendiri. Tabungan pahala pun akan terkikis habis. Ukhuwah menjadi
berantakan tanpa bekas.
7. Melampaui batas.
Umat Islam, demikian
menurut Buya Hamka, adalah umat yang menempuh jalan tengah, menerima hidup
dalam keadaannya. Percaya kepada akhirat, lalu beramal di dalam dunia ini.
Mencari kekayaan untuk membela keadilan, mementingkan kesehatan ruhani dan
jasmani karena kesehatan yang lain bertalian dengan yang lain. Mementingkan
kecerdasan pikiran, tapi dengan menguatkan ibadah untuk menghaluskan perasaan.
Jangan
lupa ada penyakit yang mungkin sedang kita rasakan. Mengacu : seorang sahabat
bertanya: ‘Ya Rasulallah, apa penyakit al wahan itu?.’ Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam menjawab: “Al Wahan adalah penyakit cinta dunia
dan takut mati“. (HR Abu Dawud, Ahmad, dan lainnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar