Halaman

Sabtu, 23 Agustus 2014

Rapatkan Barisan

Rapatkan Barisan

Ironis, umat Islam Indonesia peka terhadap intervensi agama lain di negeri sendiri. Pemerintah provinsi Bali, yang mayoritas penduduknya mempunyai agama Hindu, melarang atribut dan simbol, bahkan kegiatan ibadah umat Islam untuk tampil di kehidupan bersama. Namun tidak peduli ketika ormas Islam, partai politik Islam, MUI hanya peduli pada syahwat politik dan industri politik. Urusan umat menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing.

Mulai penetapan 1 Ramadhan dan 1 Syawal menjadi perseteruan oknum ketua umum ormas Islam dan MUI dengan pemerintah. Ormas Islam mengkritisi kebijakan pemerintah, namun di lubuk hati terdalam berharap jabatan presiden, minimal jabatan pembantu presiden di bidang pendidikan, kesehatan, dll.

Antar parpol Islam, lebih memperjuangkan ambisi politik lima tahunan. Koalisi dan kompromi politik hanya berdasarkan asas transaksional. Notabene, jauh dari domain pro-umat.


Saat pilpres 9 Juli 2014, dukungan politis ormas Islam, MUI kepada salah satu kandidat, menunjukkan bahwa syahwat politik umat Islam, tepatnya ulama, masih dalam tatanan dan tataran coba-coba. Baru belajar politik. Mengorbankan masa depan umat. [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar