Halaman

Kamis, 02 Agustus 2018

INDONESIA–ku 73 tahun, jenjang rakyat vs kesenjangan bangsa


INDONESIA–ku 73 tahun, jenjang rakyat vs kesenjangan bangsa

Salah satu kisah sukses periode 2014-2019, adalah pemerintah menciptakan dan menyediakan lapangan kerja buat putra-putri bangsa yang sudah memiliki SIM. Menjadi  pengemudi motor dan atau mobil untuk angkutan orang dan atau barang. Di luar ojek pangkalan dan atau taksi plat kuning.

Kebijakan pemerintah dimaksud, menimbulkan pro-kontra dan khususnya konflik horizontal di lapangan. Prediksi ahlinya, moda angkutan massal sudah saatnya diterapkan. Produk ‘saudara tua’ yang malah tidak didayagunakan di negerinya, laku keras di negara kepulauan, macam NKRI.

Perdagangan bebas dunia semakin membuka peluang bagi dunia otomotif.

Mobil bukan lagi sebagai barang mewah. Pasal mobil mewah berseliweran di jalan, bukti tingkat makmur dan sejahtera anak bangsa pribumi. Anak didik setingkat SD, mahir bermanuver di jalan umum. Solidaritas dan optimalisasi fungsi motor, dipakai bertiga. Antar anak sekolah, bisa satu keluarga terangkut.

Kembali ke alenia pertama. Armada angkutan manusia dan atau barang, dengan dukungan kemajuan TIK, siaga 24 jam. Pihak mana saja yang merasa dirugikan atau bahkan sampai gulung tikar, bangkrut, wajar. Namanya persaingan usaha.

Tidak hanya moda angkutan umum yang terdampak. Bis kota yang saat jam kerja, sarat dengan penumpang, menjadi penonton. Namanya rezeki, memang harus diuber tetapi tak bisa diuber-uber.

Pasal ini mempengaruhi persebaran penduduk atau masyarakat miskin. Sebutan oleh BPS adalah masyarakat kurang beruntung. Angka kemiskinan terdéprésiasi alias tertekan secara sistematis, tinggal 1 (satu) digit. Tepu tangan.

Dampak politisnya, kawanan masyarakat yang jauh dari kategori rakyat, berlomba menguber kursi melalui pola pesta demokrasi. Biaya politik, mahar politik sebagai bentuk nyata bahwa kursi politik patut dihargai. Main politik di birokrasi adalah dengan lelang jabatan.

Akhirnya rakyat harus semakin pandai-pandai membawakan diri. Tidak asal ikut arus yang tampaknya serba menjanjikan. Akumulasi mengerucut dalam bentuk cerdas ideologi. Tahu mana dan siapa yang patut, layak, pantas dipilih. [HaèN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar