INDONESIA–ku 73 tahun,
jenjang rakyat vs kesenjangan bangsa
Salah satu kisah sukses periode 2014-2019, adalah
pemerintah menciptakan dan menyediakan lapangan kerja buat putra-putri bangsa
yang sudah memiliki SIM. Menjadi pengemudi motor dan atau mobil untuk angkutan
orang dan atau barang. Di luar ojek pangkalan dan atau taksi plat kuning.
Kebijakan pemerintah dimaksud, menimbulkan
pro-kontra dan khususnya konflik horizontal di lapangan. Prediksi ahlinya, moda
angkutan massal sudah saatnya diterapkan. Produk ‘saudara tua’ yang malah tidak
didayagunakan di negerinya, laku keras di negara kepulauan, macam NKRI.
Perdagangan bebas dunia semakin membuka peluang
bagi dunia otomotif.
Mobil bukan lagi sebagai barang mewah. Pasal mobil
mewah berseliweran di jalan, bukti tingkat makmur dan sejahtera anak bangsa
pribumi. Anak didik setingkat SD, mahir bermanuver di jalan umum. Solidaritas
dan optimalisasi fungsi motor, dipakai bertiga. Antar anak sekolah, bisa satu
keluarga terangkut.
Kembali ke alenia pertama. Armada angkutan manusia
dan atau barang, dengan dukungan kemajuan TIK, siaga 24 jam. Pihak mana saja
yang merasa dirugikan atau bahkan sampai gulung tikar, bangkrut, wajar. Namanya
persaingan usaha.
Tidak hanya moda angkutan umum yang terdampak. Bis kota
yang saat jam kerja, sarat dengan penumpang, menjadi penonton. Namanya rezeki,
memang harus diuber tetapi tak bisa diuber-uber.
Pasal ini mempengaruhi persebaran penduduk atau masyarakat
miskin. Sebutan oleh BPS adalah masyarakat kurang beruntung. Angka kemiskinan terdéprésiasi
alias tertekan secara sistematis, tinggal 1 (satu) digit. Tepu tangan.
Dampak politisnya, kawanan masyarakat yang jauh
dari kategori rakyat, berlomba menguber kursi melalui pola pesta demokrasi. Biaya
politik, mahar politik sebagai bentuk nyata bahwa kursi politik patut dihargai.
Main politik di birokrasi adalah dengan lelang jabatan.
Akhirnya rakyat harus semakin pandai-pandai
membawakan diri. Tidak asal ikut arus yang tampaknya serba menjanjikan. Akumulasi
mengerucut dalam bentuk cerdas ideologi. Tahu mana dan siapa yang patut, layak,
pantas dipilih. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar