mukiyo
tahun politik 2018, siapa tepuk tangan terakhir?
“tepuk
tangan terakhir”, bisa sebagai kiasan, simbolis atau makna lainnya. Kita tidak
tahu, pihak mana yang akan melakukannya. Tepuk tangan sendiri mengandung arti
tergantung di penafsir. Analog dengan tertawa.
Rakyat
sudah terbiasa makan dari hasil keringat sendiri. Tidak mengharapkan fasilitas
negara, maupun kemurahan hati penguasa. Tidak membayangkan akan dapat
pengampunan pajak wong miskin. Asap dapur tetap mengepul sehari sekali, kendil
tidak ngguling, sudah merupakan nikmat hidup yang selalu disyukuri. Mangan ora mangan sing
penting ojo dicaplok wong liyo,
menjadi semboyan hidup.
Yang
jelas, orientasi dan tujuan utama perjuangan politik, pengabdian kawanan
parpolis, mantan militer adalah meraih, meraup berkah berhala reformasi 3K
(kuasa, kuat, kaya). Bukan salah reformasi – Pasca Reformasi 21 Mei 1998 – anak bangsa bebas
mendirikan partai politik.
Pemerintah
lebih takut pada kondisi rawan konflik politik daripada rawan pangan. Media massa
yang bijak mampu membaca niat baik pemerintah. Mereka dengan cerdas menjalankan
skenario yang bukan sekedar ambil untung. Masuk strata pengatur biang keruh.
Namanya
politik. Terindikasi pihak yang disebut aparat penegak hukum, malah buta hukum.
Sekaligus buta sejarah, tapi loyal, taat, setia, patuh total jenderal kepada
penguasa. Siap menghamba ke sang pemberi nikmat dunia atau pembagi berkah
berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya).
Jangan lupa
kawan, model tepuk tangan apa yang akan terjadi? [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar