Halaman

Minggu, 04 Februari 2018

mukiyo tahun politik 2018, siapa tepuk tangan terakhir?



mukiyo tahun politik 2018, siapa tepuk tangan terakhir?

“tepuk tangan terakhir”, bisa sebagai kiasan, simbolis atau makna lainnya. Kita tidak tahu, pihak mana yang akan melakukannya. Tepuk tangan sendiri mengandung arti tergantung di penafsir. Analog dengan tertawa.

Rakyat sudah terbiasa makan dari hasil keringat sendiri. Tidak mengharapkan fasilitas negara, maupun kemurahan hati penguasa. Tidak membayangkan akan dapat pengampunan pajak wong miskin. Asap dapur tetap mengepul sehari sekali, kendil tidak ngguling, sudah merupakan nikmat hidup yang selalu disyukuri. Mangan ora mangan sing penting ojo dicaplok wong liyo, menjadi semboyan hidup.

Yang jelas, orientasi dan tujuan utama perjuangan politik, pengabdian kawanan parpolis, mantan militer adalah meraih, meraup berkah berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya). Bukan salah reformasi – Pasca Reformasi 21 Mei 1998 – anak bangsa bebas mendirikan partai politik.

Pemerintah lebih takut pada kondisi rawan konflik politik daripada rawan pangan. Media massa yang bijak mampu membaca niat baik pemerintah. Mereka dengan cerdas menjalankan skenario yang bukan sekedar ambil untung. Masuk strata pengatur biang keruh.

Namanya politik. Terindikasi pihak yang disebut aparat penegak hukum, malah buta hukum. Sekaligus buta sejarah, tapi loyal, taat, setia, patuh total jenderal kepada penguasa. Siap menghamba ke sang pemberi nikmat dunia atau pembagi berkah berhala reformasi 3K (kuasa, kuat, kaya).

Jangan lupa kawan, model tepuk tangan apa yang akan terjadi? [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar