pasar
bebas imitasi vs pasar bebas intimidasi
Pasar
bebas tak ada hubungan dengan tarung bebas. Persaingan bebas antar manusia
politik, seperti lelang barang bekas berkualitas bekas pesohor. Atau undian
kesebelasan yang akan main di piala dunia. Nasib ditentukan masuk grup seperti
apa. Untung PSSI sejauh ini masih aman. Siap jadi juara umum di laga kandang
semacam PON atau PSSI-Cup.
Namanya
politik, bursa calon wakil rakyat segala tingkatan, kepala daerah segala strata
serta kepala negara, bukan berdasarkan potensi dasar. Lebih mengarah pola
demokrasi yang berbasis suara terbanyak.
Sistem motorik
manusia politik, hanya mengalami evolusi. Itu akibat asupan ideologi asing atau
benda asing. Pokoknya yang serba asing. Lebih mulia manusia politik klas lokal.
Belum terkontaminasi asupan menu politik ‘nasakom’peninggalan Orde Lama.
Karena,
jika manusia politik semakin menanjak kadar politiknya akan berbanding lurus
dengan peningkatan komponen asing di menu politiknya. Terlebih, jika pada
strata politik berjalan bareng dengan pemerintah.
Ibarat mata
uang akan bernilai secara nominal (menurut nama atau apa yang tertulis) jika
terdiri dari, terjadi atas politik di satu sisi dan pemerintah selaku pemain
atau wadah pelaku politik, di sisi lainnya.
Makanya,
ujarnya ki dalang Sobopawon, memang sulit mencari rute bebas hambatan. Ada saja
pihak yang ahli di bidangnya. Dengan keahliannya ini, maka semua yang dilakukan
– asal diterima oleh publik – menjadi konstitusional. [HaèN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar