Halaman

Sabtu, 03 Februari 2018

pasar bebas imitasi vs pasar bebas intimidasi



pasar bebas imitasi vs pasar bebas intimidasi

Pasar bebas tak ada hubungan dengan tarung bebas. Persaingan bebas antar manusia politik, seperti lelang barang bekas berkualitas bekas pesohor. Atau undian kesebelasan yang akan main di piala dunia. Nasib ditentukan masuk grup seperti apa. Untung PSSI sejauh ini masih aman. Siap jadi juara umum di laga kandang semacam PON atau PSSI-Cup.

Namanya politik, bursa calon wakil rakyat segala tingkatan, kepala daerah segala strata serta kepala negara, bukan berdasarkan potensi dasar. Lebih mengarah pola demokrasi yang berbasis suara terbanyak.

Sistem motorik manusia politik, hanya mengalami evolusi. Itu akibat asupan ideologi asing atau benda asing. Pokoknya yang serba asing. Lebih mulia manusia politik klas lokal. Belum terkontaminasi asupan menu politik ‘nasakom’peninggalan Orde Lama.

Karena, jika manusia politik semakin menanjak kadar politiknya akan berbanding lurus dengan peningkatan komponen asing di menu politiknya. Terlebih, jika pada strata politik berjalan bareng dengan pemerintah.

Ibarat mata uang akan bernilai secara nominal (menurut nama atau apa yang tertulis) jika terdiri dari, terjadi atas politik di satu sisi dan pemerintah selaku pemain atau wadah pelaku politik, di sisi lainnya.

Makanya, ujarnya ki dalang Sobopawon, memang sulit mencari rute bebas hambatan. Ada saja pihak yang ahli di bidangnya. Dengan keahliannya ini, maka semua yang dilakukan – asal diterima oleh publik – menjadi konstitusional. [HN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar