dikotomi
aksi kebangsaan 412, mental pesuruh vs mental perusuh
Sukses menggelar aksi Damai Bela
Islam III yang dihadiri jutaan umat Islam dengan tajuk 212, muncul aksi
tandingan yang akan dilaksanakan pada 4 Desember besok. Aksi 412 mengusung tema
'Kita Indonesia', berbasis sub
tema tentang kebhinnekaan dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Beberapa selebaran imbauan untuk
mengikuti aksi 412 beredar di kalangan wartawan dan sosial media, Sabtu
(3/12/2016), baik lembaga setingkat kementerian ataupun swasta. Hal yang sama
juga dilakukan partai politik pendukung pemerintah. Aksi 412 yang digelar oleh
empat partai pendukung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) malah akan merusak nilai
persatuan. Walaupun pihak penyelenggara berkilah bahwa agenda 412 sudah
disusun jauh jauh hari. Namun beredar surat ajakan dengan nada paksaan kepada
para warga untuk ikut. (sumber : http://nasional. sindonews.com/)
Wajar, masuk akal, manusiawi jika
gemerlap politik Nusantara menjadikan peguasa semangkin buta hati. Syahwat politik
menyumpal harga diri siang malam, yang penting asal tujuan dicapai. Mau mengorbankan
bangsa dan negara, tidak menjadi hambatan utama.
Jangan sampai olah kata ini masuk
stigma ujar kebencian, provokasi, menghujat atau menjilat, maka saya ajak para
budiman yang membaca, untuk simak kejadian di awal pemcipataan nabi Adam a.s, mengacu terjemahan [QS Al A'raaf (7) : 16-17] :
“Iblis menjawab: "Karena Engkau
telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi)
mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian saya akan mendatangi mereka dari
muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau
tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)."
Jangan disimpulkan bahwa frasa dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan
dari kiri mereka, dibahasamanusiakan menjadi aksi tandingan.
Herannya, apa beda mental pesuruh dengan mental perusuh.
[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar