wajah politik nusantara, tampang-tampung-timpang-tumpang hidup
Semboyan “tampang desa rezeki kota” tidak sekedar lelucon yang dilontarkan pelawak saat itu.
Kondisi kontradiksi bisa terjadi di setiap
manusia tanpa pandang kadar kemanusiaan ybs. Pandai saja masih kurang. Pandai-pandai
berkedirian. Ikut arus massa tanpa terbawa tanpa daya dan gaya.
Kawan partai berwatak ganda campuran agar tetap eksis di panggung politik humoris.
Judul jadul profil manusia politik Nusantara,
tampang kriminal vs wajah sangar. Date
modified 12/29/2018 4:31 PM di personal laptop. Tak perlu dukungan data,
fakta maupun bukti otentik, original. Bukan
asumsi historis. Agar tak salah penafsiran, coba simak media layar kaca dan
atau media cetak. Sampai tingkat
petugas partai dengan segala gaya ujar dan olah laku. Khususnya pada acara, adegan,
atraksi siaran langsung diskusi, dialog, debat.
Kehidupan politik bukan sulap, bukan sihir kendati penuh tipu-tipu. Ada
yang semakin tersipu-sipu. Ada yang serba mau. Pengarusutamaan gender
melahirkan watak serakah politik. Bukan juga. Kode etik politik serakah begitu bunyinya. Tak pakai lama, tak perlu antri
atau merintis muali dari nol. Tumpukkan keringat leluhur melicinkan
langkah politik.
Habis pakai, sekali pakai, berbagi pakai perwatakan kawan partai. Wujudan “tampang lokal sarat
ideologi global”. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar