efek domino revolusi mental, mengusir penjajah vs
mengundang penjajah
Mazhab ekonomi Nusantara
ada yang mengganggap bahwa kinerja pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh kekuatan
pilar investasi dan nilai konsumsi masyarakat.
Secara awam, kita tidak tahu mana yang lebih berperan menentukan nasib ekonomi
Nusantara, kiprah investor asing atau geliat investor domestik. Apakah bonus
demografi mempengaruhi daya konsumsi, atau akibat lahir dan merebaknya strata menengah-tengah
yang tengah naik daun, atau terendus sudah lahirnya strata menengah-atas.
Prinsip “besar pasak daripada tiang” atau pengeluaran sekian juta per
kapita sebulan yang lebih tinggi daripada penghasilan, pendapatan, masukan Rp,
akan menambah pola konsumsi yang jauh di
atas rata-rata nasional.
Apa yang menjadi daya tarik NKRI di mata negara asing? Apakah karena secara
historis kekayaan alam “boleh” dijarah secara konstitusional. Luasnya perairan
yang seolah menyilahkan ka[pal asing untuk masuk dan menyedot isi lautan. Atau keterbukaan
pemerintah Jokowi-JK bak mempersilahkan media asing meliput langsung kehidupan
revolusi mental di pulau Papua secara bebas. Sebagai sinyal jika “pendatang
haram” akan disambut dengan lapang dada disertai gelaran karpet merah. Jangan dibilang, reklamasi pantura prov DKI Jakarta
yang identik membangun kawasan pecinan, sebagai pintu gerbang masuknya TKA.
Betapa kebutuhan dasar masyarakat berupa
sandang dan pangan kualitas impor membanjiri pasar domestik. Sebagai
bukti rasa kesetiakawanan bernasib sebagai negara berkembang, dengan asas
membuka tangan lebar-lebar, atau menengadahkan tangan. Wallahu a’lam bisshawab. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar