Halaman

Minggu, 27 Juli 2014

MALU BERTANYA SESAT DI JALAN, BANYAK BERTANYA SESATKAN JALAN

MALU BERTANYA SESAT DI JALAN, BANYAK BERTANYA SESATKAN JALAN 
Beranda » Berita » Opini
Rabu, 13/10/2010 12:36

Awak bangsa Nusantara memang piawai. Pabriknya sudah tutup lama, namun mobil produknya masih berseliweran di jalanan kota. Dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat kita dijejali dengan berbagai wacana. Gaung utawa gema dampak bencana tetap terus bergulir, walau korban bencana sudah ikhlas. Acara wawancara TV swasta berbasis dialog, diskusi, debat dengan menghadirkan figur publik yang sedang naik daun atau yang sedang jadi topik hangat terkini, dikemas dengan host yang menampilkan kepiawaiannya dalam mengajukan runtutan tanya. Bintang tamu atau saksi ahli, menjadi obyek tanya sang host. Pertanyaan bersifat ala kadarnya, sekedar memanfaatkan waktu. Skenario, alur cerita dan hasil akhir sudah dan mudah ditebak. Semangkin banyak bertanya, opini semangkin terbentuk.

Masalahnya sebenarnya malah menjadi samar dan bias. Pokok masalah tak tersentuh, mirip banyolan. Host hanya modal pandai bertanya, kemampuan analitisnya tak disyaratkan. Pertanyaan tipikal, stereotip, hafalan. Karena menaikkan peringkat TV, dukungan sponsor seolah-olah acara tersebut digandrungi pemirsa dewasa, dan digemari penonton buta politik. Apa saja bisa ditampilkan dan ditayangkan langsung.

Antar stasiun TV berlomba mengajak bintang tamu atau saksi ahli untuk mengisi acara serupa tapi tak sewajah. Kejadian yang sama, diliput oleh berbagai TV swasta, waktu ditayangkan secara kuantitas dan kualitas berbeda. Bahkan kejadian yang sudah ditonton oleh pemirsa, dibumbui dengan racikan opini yang asal beda dengan fakta. Tayang ulang dengan selipan komentar malah menghasilkan mana yang benar mana yang salah, yang penting kejara tayang. Tepatnya sponsor antri. Bintang tamu atau saksi ahli muncul di berbagai TV, dalam acara yang tak jauh beda. Menghadapi pertanyaan yang mirip dan berulang, jawaban bisa beda. Untuk menambah keharuan, bisa ditambah tayangan pada saat kejadian sedang berlangsung. Untuk menambah kesan profesionalisme jurnalis, berbagai tanggapan dan komentar masyarakat melalui media SMS diperlihatkan. Atau rekaman atas berbagai opini dari masyarakat. Banyak bertanya, serasa mengobok-obok borok dan bobrok diri sendiri [HaeN].


Tidak ada komentar:

Posting Komentar