skenario moderat pasca
agresi covid-19
Seperytinya, pasang
surut pergerakkan politik lokal, politik bomgkar pasang nusantara tak lepas
dari pasal diuntungkan oleh keadaan vs obyek peruntungan pihak ketiga. Modus multipartai
ternyata tak ada kaitan dengan jiwa nasionalisme sesuai demokrasi Pancasila. Demokrasi
seolah tergantung pada niat baik kawanan politisi yang sedang naik daun.
Multipartai tidak identik
dengan kemajemukkan bangsa. Padahal bangsa ini yakin dengan filosofi Bhinneka
Tunggal Ika. Sejarah memberi bukti dan fakta bahwasanya ramuan mental nasakom
berlapis dan berkelanjutan secara konstitusional. Realitas kehidupan ideologi
Pancasila sarat perbedaan dalam memahami kepentingan antar pihak. Bangsa ini
paham dengan tekanan politik global lewat kaki tangan.
Pengalaman hidup bersama
bentukan tekanan politik, menjadikan bangsa ini kebal menghadapi agresi
covid-19. Hanya saja jika ada pihak menjala di air keruh. Plus memperkeruh
suasana. Bagian dari skenario gembala penyesat bangsa. Menyatu dengan aksi atheisme
nasional.
Periode presiden keenam
RI, terbentuklah praktik oposisi setengah hati, opsisi setengah badan. Lanjut dengan
wujudan koalisi berbasis kompromi, konsesus, konflik terselubung. Tepatnya bagi-bagi
kursi sesuai asas sepakat tidak sepakat, semangat kompradorisme zaman
penjajahan Belanda.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar