efektivitas daya endus
wajah politik nusantara
Belum ada rumusan resmi
atau bahkan hipotesis liar dari pengamat bebas aktif. Rakyat cukup simak fakta kasat
mata. Jika produk barang dan atau jasa pihak ketiga mudah diketemukan di pasar
dalam negeri. Barisan sumber daya manusia non-nusantara terkonsentrasi. Posisi tawar
nusantara di pasar bebas dunia, arus globalisasi yang mana nusantara menjadi
obyek.
Kilas balik aliran
politik lokal didominasi medium transformasi berwujud partai politik. Ironis,
komunitas kaum pemikir, intelektual selaku pendidikan dan atau pembelajaran
politik diserahkan kepada sentiment pasar global.
Akumulasi masalah,
problema multidimensi akibat daya multipartai. Tradisi syahwat arus kuat kepolitikkan
nusantara cenderung tidak berdaya tanggap terhadap laju adab zaman. Merasa nyaman
di zona aman di bawah tempurung nusantara. Kebijakan partai menjadi harga mati
kian mengabaikan nilai dan tata moral peradaban.
Nusantara diuntungkan
tidak hanya sekali. Berkat aliansi politik dengan negara China tanpa melihat
siapa yang jadi presiden. Ikatan moral politik seolah berlangsung menerus. Posisi
kuat China selaku negara komunis, bahkan semakin canggih era pasca perang
dingin. Nusantara kian terjebak dengan kebijakan kawan ketua partai komunis
China yang merangkap presiden.
Tradisi sejarah
menjelaskan karya politik bisa disimak, dilacak pada aneka kejadian kasus konflik
berbasis beda pilihan, beda warna politik. Nusantara kian jauh dari pemuliaan
manusia politik.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar