menunda-nunda kesempatan vs mengabaikan peluang
Sama-sama bukan pilihan, bukan alternatif, bukan
rencana berlapis. Ketaksengajaan sengaja disengaja. Modus orang hobi memancing
ikan atau menunggu durian runtuh, tentu tak bisa jadi asas banding, sanding,
tanding. Aktivitas petani padi sarat harapan. Mulai pembenihan sampai panen,
tak lepas dari rasa was-was. Terbayang perut manusia yang tak sabar diisi nasi.
Ternyata usus panjang dan otak besar boros energi,
belum jaminan panjang akal. Sebaliknya bak sumbu pendek. Namun ketika manusia
mendewakan otaknya. Listrik menjadi bukti ringan kisah sukses manusia kurang
berakal. Riwayat meriwayatkan bahwa sang penemu, saat itu di-stigma “otak kosong”
oleh pendidiknya. Hal lain, salah satu telinganya bermasalah dengan
pendengaran.
Akhirnya, nama sang penemu dijadikan nama
temuannya, Dinamit. Lain sejarah dengan daya guna petasan. Alam nusantara
memanjakan manusia dan atau orang berjalan tegak. Merasa cerdas diri karena
keturunan, sah-sah saja. Paling parah, sukses diri karena pendayagunaan otak
dan otot di atas rata-rata manusia lokal.
Anak bangsa nusantara mengenal, menemukan rumusan
menu politik (partai politik) telah kalah langkah dengan pengusaha politik. Penjajah
Belanda dimulai dari modus politik dagang yang menjelajah dunia. Bahwa teknologi
politik dagang bisa menjadikan mereka kaya dan kuasa.
Makanya, asumsi sejarah peradaban dunia menandaskan
bahwa partai politik tanpa haluan agama, bebas asas nasionalisme dan
kebangsaan, hanya akan menjadi benalu politik, parasit politik. Tak perlu
risau, karena sudah masuk tahap predator politik. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar