Halaman

Minggu, 02 Agustus 2020

sejarah tak akan mengingkari apalagi mengkhianati fakta


sejarah tak akan mengingkari apalagi mengkhianati fakta

Manusia tak akan lengkap nilai kemanusiaannya tanpa periwayatan sejarah. Suatu bangsa akan semakin nyata, eksis berkat punya sejarah. Tercatat, sejarah manusia memang kalah tua, kalah awal, kalah langkah dengan sejarah bumi.  Betapa manusia cerdas sadar memberlakukan bumi secara beradab. Tidak sekedar sesuai sinyelemen malaikat, bahwa manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi dan akan saling menumpahkan darah. Kemajuan akal manusia tidak hanya mampu menembus batas lapisan udara maupun kedalaman lapisan tanah air bumi.

Perjalanan umat manusia, terutama adanya beberapa kaum yang ditelan bumi sesuai kisah rasul dan nabi, bukan berarti sudah terwujud manusia, kaum, bangsa unggul. Namun, babakan akhir dan terakhir dari kisah rasul dan nabi terakhir, mewujudkan jiwa persaudaraan atau ukhuwah atas dasar kesamaan akidah. Kontribusi aktif umat Islam dalam proses menetapkan maupun menterapkan sistem pemerintahan maupun bentuk dan wujud negara merdeka, tak serta merta bertimbal balik.

Modal fitrah setiap manusia dan atau orang, diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Mengakui adanya tuhan Allah swt dan sebagai tempat kembali. Memandang Allah tidak bisa dengan bahasa manusia. Jika ada manusia yang ingkar akan modal fitrahnya, bukan salah ybs. Pengaruh faktor ajar, didik, panutan sudah mulai berdetak sesuai detik waktu. Orang tua, keluarga, rumah menjadi sekolah plus madrasah utama dan pertama. Percepatan waktu lebih dimaknai mengenalkan anak sejak dini arti kehidupan. Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pergaulan, menjadi faktor penyubur.  

Ketetapan-Nya yang tidak bisa dibantah, ditawar yaitu manusia tidak bisa memilih lahir dari siapa. Tak punya hak untuk menentukan jenis kelamin. Soal mau menjadi pengguna jalan lurus atau sebaliknya, tergantung faktor ajar, didik, panutan plus faktor asah-asih-asuh kedua orangtuanya.  Ada ketetap-Nya yang tergantung akal manusia. Setelah memilih dan berada di jalan lurus. Masih ada konsekuensi berjenjang berupa ujian kehidupan. Mempertahankan stabilitas keimanan menjadi pekerjaan besar seumur hidup.

Berkat jasa teknologi buatan karya otak manusia, membuat manusia merasa mudah, ringan, cepat bekerja. Tak terikat protokol waktu dan tempat. Umat Islam yakin bahwa Allah swt selalu akan senantiasa mengkontrol manusia ciptaan-Nya. Tak akan disia-siakan sepanjang hayat di kandung badan. Waktu jumpa efektif dengan Allah swt di akhir sepertiga malam.

Sebaliknya, manusia dituntut minimal dalam hati selalu mengingat-Nya. Berbaring sampai pada kesendirian, hati terpaut dengan Allah swt. Logika awam manusia, ke hal yang dicintai akan selalu diingat, teringat 24 jam. Sigap dengan panggilan-Nya.

Jelang alinea terakhir. Kendati manusia dimudahkan dengan manfaat teknologi informasi dan komunikasi, tak serta merta menjadi manusia tangguh, unggul dan seutuhnya. Terbelah menjadi dua standar manusia. Pertama. Manusia yang dengan modal fitrah-Nya membuat sejarah peradaban. Kedua atau sisa besarnya. Manusia dengan andalan perangkat kelengkapan akal sehat, bangga pilih menjadi juru catat sejarah pihak pertama. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar