sejarah tak akan mengingkari apalagi mengkhianati fakta
Manusia tak akan lengkap nilai kemanusiaannya tanpa
periwayatan sejarah. Suatu bangsa akan semakin nyata, eksis berkat punya
sejarah. Tercatat, sejarah manusia memang kalah tua, kalah awal, kalah langkah
dengan sejarah bumi. Betapa manusia cerdas
sadar memberlakukan bumi secara beradab. Tidak sekedar sesuai sinyelemen
malaikat, bahwa manusia akan berbuat kerusakan di muka bumi dan akan saling
menumpahkan darah. Kemajuan akal manusia tidak hanya mampu menembus batas lapisan
udara maupun kedalaman lapisan tanah air bumi.
Perjalanan umat manusia, terutama adanya beberapa kaum
yang ditelan bumi sesuai kisah rasul dan nabi, bukan berarti sudah terwujud
manusia, kaum, bangsa unggul. Namun, babakan akhir dan terakhir dari kisah
rasul dan nabi terakhir, mewujudkan jiwa persaudaraan atau ukhuwah atas dasar
kesamaan akidah. Kontribusi aktif umat Islam dalam proses menetapkan maupun menterapkan
sistem pemerintahan maupun bentuk dan wujud negara merdeka, tak serta merta
bertimbal balik.
Modal fitrah setiap manusia dan atau orang,
diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Mengakui adanya
tuhan Allah swt dan sebagai tempat kembali. Memandang Allah tidak bisa dengan
bahasa manusia. Jika ada manusia yang ingkar akan modal fitrahnya, bukan salah
ybs. Pengaruh faktor ajar, didik, panutan sudah mulai berdetak sesuai detik
waktu. Orang tua, keluarga, rumah menjadi sekolah plus madrasah utama dan
pertama. Percepatan waktu lebih dimaknai mengenalkan anak sejak dini arti
kehidupan. Pengaruh lingkungan tempat tinggal dan pergaulan, menjadi faktor
penyubur.
Ketetapan-Nya yang tidak bisa dibantah, ditawar
yaitu manusia tidak bisa memilih lahir dari siapa. Tak punya hak untuk
menentukan jenis kelamin. Soal mau menjadi pengguna jalan lurus atau
sebaliknya, tergantung faktor ajar, didik, panutan plus faktor asah-asih-asuh
kedua orangtuanya. Ada ketetap-Nya yang
tergantung akal manusia. Setelah memilih dan berada di jalan lurus. Masih ada
konsekuensi berjenjang berupa ujian kehidupan. Mempertahankan stabilitas
keimanan menjadi pekerjaan besar seumur hidup.
Berkat jasa teknologi buatan karya otak manusia,
membuat manusia merasa mudah, ringan, cepat bekerja. Tak terikat protokol waktu
dan tempat. Umat Islam yakin bahwa Allah swt selalu akan senantiasa mengkontrol
manusia ciptaan-Nya. Tak akan disia-siakan sepanjang hayat di kandung badan. Waktu
jumpa efektif dengan Allah swt di akhir sepertiga malam.
Sebaliknya, manusia dituntut minimal dalam hati selalu
mengingat-Nya. Berbaring sampai pada kesendirian, hati terpaut dengan Allah
swt. Logika awam manusia, ke hal yang dicintai akan selalu diingat, teringat 24
jam. Sigap dengan panggilan-Nya.
Jelang alinea terakhir. Kendati manusia dimudahkan
dengan manfaat teknologi informasi dan komunikasi, tak serta merta menjadi
manusia tangguh, unggul dan seutuhnya. Terbelah menjadi dua standar manusia. Pertama.
Manusia yang dengan modal fitrah-Nya membuat sejarah peradaban. Kedua atau sisa
besarnya. Manusia dengan andalan perangkat kelengkapan akal sehat, bangga pilih
menjadi juru catat sejarah pihak pertama. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar