nusantara, mulai dari serba
mungkin menjadi mana mungkin
Mengandalkan dalil keterkaitan
ke belakang maupun keterkaitan ke depan, masih belum bisa menjelaskan judul. Buka
catatan asumsi historis, simak kajian yang serba indeks, malah kian burum,
suram. Pendekatan yang paling dekat, mengarah pada pasal pembiaran. Pertama,
target samar-samar sudah dipatok sesuai skenario terselubung, berlapis. Kedua,
biaya perkara menjadi tanggung jawab pemegang kedaulatan.
Sebutan langganan
polisi, pelaku pidana berkelanjutan, berulang kali, mirip lagu lawas melankolis.
Tersedia paket politik sekali pakai, berguna bagi pembakat tindak pidana
korupsi. Di pihak lain, pemenuhan kebutuhan investasi politik tak cukup satu
periode. Mesin politik belum panas.
Pembiayaan investasi
politik nusantara didapat antara lain
dari dana internal masyarakat. Dana tersebut bersumber dari tabungan
masyarakat, khususnya pada Bank-bank BUMN. Ironis tapi lazim di negara
multipartai. Namun kiranya, dibutuhkan daripada politik alternatif dengan
kapasitas selaku pro-nusantara.
Degradasi kenusantaraan
nusantara akibat intimidasi dominasi kekuatan politik kelas kapitalis, baik itu
di tingkat sub-lokal sampai transnasional. Isu lingkungan strategis
bermungkin-mungkin masih belum menjadi preferensi politik bagi pengguna hak
politik.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar