diberi tahu malah
memberi tahu
Manusia tahu
diri sebagai makhluk sosial. Pola salah asah, keliru asih, kurang asuh plus
faktor lingkungan memacu plus memicu tindak anti-sosial sejak dalam kandungan. Generasi
bau tanah tak mau kalah langkah. Duduk manis gadget di tangan, tanpa
tatap muka dengan pihak manapun. Tolok ukur dewasa pada wawasan berpikir,
kemahiran bertindak dan kesantunan berbahasa tulis maupun lisan.
Bukan bukti
ringan, sebut saja media massa bukan arus utama. Pamer bego, umbar karakter
diri selaku manusia bebal seutuhnya liwat permainan kata.
Olok-olok
politik bukti kemunduran peradaban politik bangsa. Ketika manusia dan atau
orang kehabisan akal untuk bermain cantik, pakai jurus ujaran nista, mencaci
maki. Gembala pengadu domba ikut andil karena ada kesamaan arus pendek dengan
bangsa penjajah, Belanda. Diperkuat merah-nya Merah-Putih yang beralih makna.
Orang dinilai
dari penampilan, format luar, manusiawi. Pakai ilmu padi atau pilih ilmu
kondom. Jaga imej bukan pasal nista. Garang garing, bagian utama dari modus
menjaga stabilitas wibawa diri. Semakin berilmu semakin merasa mengenali
dirinya. Antara cerdas dengan berotak encer, berakal sehat atau berilmu, bisa
kontradiktif.
Sigap diri 24
jam, peka terhadap sentuhan ringan bersahabat peradaban. Saking pekanya, jangan
coba-coba main sentuh. Kelamaan berdiri di dekatnya, tanpa permisi, langsung
terkena pasal perbuatan tak menyenangkan. Apalagi mengenyangkan. Radang saluran
kebenaran dan keadilan, diperparah panas dalam. Provokasi eksternal, aksi panas
adem.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar