adhyaksa obong vs
siraman air keras
Fragmentasi “hukum makan hukum” atau betapa berhala reformasi 3K (kaya,
kuat, kuasa) menentukan sinergitas komponen lokal bernegara. Drama kolosal
berkelanjutan antar periode presiden, ujung-ujungnya hanya menambah derita
rakyat. Rakyat menjadi obyek berlapis multipihak.
Berlaku dalil keseimbangan. Semakin besar biaya politik, anggaran demokrasi
maka akan berbanding lurus dengan mewabahnya penyakit politik. Secara langsung
seolah memberi ruang dan peluang pemerataan bencana politik sampai pojok desa,
tepi kota. Tanah-air menjadi obyek pertarungan antar kepentingan global.
Secara internal, kita orang tak bisa lepas dari aliran keras, arus pendek,
paham anti gagal, keyakinan berkepercayaan, anismisme dan dinamisme. Ramah
lingkungan dan ramah investor global. Katakan, faktor eksternal berupa
skenario, skema, konspirasi yang mana, dimana nilai tawar RI terasa tawar.
Wibawa kepala negara di dalam negeri saja hanya sebatas petugas partai. Apalagi
di mata dunia.
Antara sistem bernegera yang dirancang secara format politik lima tahunan dengan sistem yang
berkembang secara aktual, faktual, legal di lapangan. Menjadi.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar