Halaman

Rabu, 19 Agustus 2020

dilema jelang promo, aktif setengah vs pasif setengah


dilema jelang promo, aktif setengah vs pasif setengah

Protokol politik sehat hadapi agresi covid-19. Pengguna mobil pribadi, penumpang yang berhak duduk direduksi. Sopir tak boleh ada teman duduk. Kendati pasutri. Aturan ini berlaku umum untuk angkutan umum. Angkot yang sudah sepi penumpang sejak ojol nongol, semakin sepi. Jam operasi sesuai panggilan kantong atau keluhan dompet.

Tidak halnya dengan kapasitas tempat tidur rumah sakit. Membludaknya calon pasien mudah diantisipasi dengan kebijakan utamakan kesehatan. Pihak yang terkonfirmasi, terindikasi atau terduga terjangkit virus, sudah ada aturan mainnya. Kuota berdasarkan bonus demografi. Aksi radikal covid-19 nyaris tak tercegah tangkal oleh alat negara.

Kontribusi, kiprah, kinerja kawanan anggota partai sedemikiannya. Ingat dalil dilema politik balik adab, ujaran kebencian vs ajaran kebancian. Puncak prestasi politisi sipil bangsa pribumi rumpun nusantara turunan, cukup santun dan laik santunan. Tetap berbasis, mengacu, fungsi kursi legal konstitusional. Menapak dari mana tanah dipijak atau langsung nangkring, nongkrong di supremasi kursi. Tak jadi masalah, memang bukan masalah. Percepatan karier identik terjun bebas gaya bebas. Sesuai kurva protokol tata moral.

Parpol yang pilih tanding, pengalaman jauh lebih tua ketimbang NKRI, langsung tiarap bebas. Tunggu aba-aba bangkit dari ketua partai negara aliansi. Sisanya, bertahan dengan konsep dasar melegalkan yang kuat akan mendominasi yang lemah. Pas dengan bunyi tak terulis hukum rimba belantara politik nusantara.

Reaksi kimia generasi pasca covid-19, kurang didik vs salah ajar.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar