rakyat kian sadar hukum,
hukum semakin
Perang tarif menjadi
bagian penting promosi penjualan barang dan atau jasa. Lain perkara dan beda
pasal dengan biaya hidup sederhana tapi sehat. Mewujudkan asupan kalori dan
gizi 4 sehat 5 sempurna, tak berbiaya ala kadarnya. Lauk standar rakyat, tempe
dan tahu, wajib pakai kedelai impor. Bagaimana negara mau sehat.
Kebutuhan garam industri
tak bisa dipenuhi, dicukupi oleh garam lokal nusantara. Air menjadi bahan baku
rebutan antar pihak. Mata air di desa menjadi komoditas politik. Sengketa agaria
menjadi agenda utama sistem pembangunan nasional. Diimbangi kedaulatan laut
seperti ada jam buka-tutup.
Aliansi menjebak
nusantara, ikatan moral dengan negara lain yang sistem pemerintahan satu
partai. Jelasnya dengan China. Tekanan globalisasi alias ideologi pasar bebas
dunia, membuat pasar politik dalam negeri. Pendidikan politik terbuka sejak
dalam kandungan, membuat lebih berkelas terbuka 24 jam.
Disiplin ilmu kedokteran
sudah sampai sub-sub spesialis. Sudah sampai spesialis dasar. Mengikuti anatomi
tubuh manusia. Akhirnya, setiap jengkal bumi ada nilai hukumnya. Setiap kalimat
tutur lisan yang meluncur dari mulut manusia dan atau liwat jasa ujung jari
berupa kalimat tulis langsung ada sanksi hukumnya.
Kelamaan berdiri tanpa
motivasi apapun di bukan tempat berdiri untuk umum. Bak laga tantang, lawan wibawa hukum dengan sengaja.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar