Halaman

Sabtu, 15 Agustus 2020

rakyat kian sadar hukum, hukum semakin


rakyat kian sadar hukum, hukum semakin

Perang tarif menjadi bagian penting promosi penjualan barang dan atau jasa. Lain perkara dan beda pasal dengan biaya hidup sederhana tapi sehat. Mewujudkan asupan kalori dan gizi 4 sehat 5 sempurna, tak berbiaya ala kadarnya. Lauk standar rakyat, tempe dan tahu, wajib pakai kedelai impor. Bagaimana negara mau sehat.

Kebutuhan garam industri tak bisa dipenuhi, dicukupi oleh garam lokal nusantara. Air menjadi bahan baku rebutan antar pihak. Mata air di desa menjadi komoditas politik. Sengketa agaria menjadi agenda utama sistem pembangunan nasional. Diimbangi kedaulatan laut seperti ada jam buka-tutup.

Aliansi menjebak nusantara, ikatan moral dengan negara lain yang sistem pemerintahan satu partai. Jelasnya dengan China. Tekanan globalisasi alias ideologi pasar bebas dunia, membuat pasar politik dalam negeri. Pendidikan politik terbuka sejak dalam kandungan, membuat lebih berkelas terbuka 24 jam.

Disiplin ilmu kedokteran sudah sampai sub-sub spesialis. Sudah sampai spesialis dasar. Mengikuti anatomi tubuh manusia. Akhirnya, setiap jengkal bumi ada nilai hukumnya. Setiap kalimat tutur lisan yang meluncur dari mulut manusia dan atau liwat jasa ujung jari berupa kalimat tulis langsung ada sanksi hukumnya.

Kelamaan berdiri tanpa motivasi apapun di bukan tempat berdiri untuk umum. Bak laga tantang, lawan wibawa hukum dengan sengaja.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar