demokrasi salah urus, rakyat terus lurus
Judul semacam aksioma. Masih bisa ditingkatkan, dikembangkan nilainya. Ikhwal
sejenis masih sedang dalam proses perjalanan. Berbangai kemungkinan dan peluang
ganti haluan. Pendapat para pakar, kata ahlinya, komen pihak over energi
kesurupan, menambah daya saing nusantara di pasar bebas ideologi global.
Kilas balik ke riwayat sedotan minuman. Pernah dikenal sebagai sedotan
limun. Limun aneka warna dan rasa dalam botol kaca. Bukan sedot WC. Diimbangi dengan
evolusi dimensi makanan rakyat, contoh santai pada wingko babat. Masing-masing
mengalami keterbalikan nasib.
Sedotan minuman menyesuaikan ukuran bibir rata-rata. Diameter bertambah. Dua
kali lipat atau lebih. Panjang tergantung peruntukkan dan biasa untuk minuman
dalam gelas. Bahan sesuai gengsi. Sekali pakai menambah sampah plastik. Pilah pilih
yang bisa dicuci, juga ada kualitas impor.
Wingko babat (identik dengan lokasi asal-muasal) mengalami penyederhanaan
ukuran. Diameter dan ketebalan, sesuai dimensi mulut anak bangsa diam adalah
emas. Rubahan bahan baku, belum ada komplain, keluhan penikmat. Masuk dapur
kering. Mahal di harga alat cetak wingko babat. Bahan baku dalam kemasan siap
pakai. Aroma yang muncul secara alami, seperti tak mau diperhitungkan.
Demokrasi nusantara selalu kekurangan kursi dan atau kelebihan pantat.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar