rakyat menjadi obyek
berlapis multipihak
Memahami aksioma
makanya jangan jadi rakyat. Minimal jangan sampai mengulang status cap boros
energi. Sibuk uber pemenuhan kebutahan dasar harian. Lupa waktu dan hasilnya
bak burung terbang pagi. Beda jauh dengan persatuan, kesatuan, keutuhan koloni
bangsa semut.
Kejadian yang
dilakukan penyelenggara negara, alat negara, aparatur sipil negara mewujudkan
politik sejahtera. Kemakmuran politik bagi kawanan anggota partai nusantara
menjadi indeks, patokan, tolok ukur demokrasi sejahtera.
Kendati
putra-putri asli daerah mahir memanfaatkan jasa teknologi informasi dan
komunikasi. Efek tak terduga, melahirkan paham bebal politik. Sejatinya menjadi
antisipasi pasif. Wujud rasa kecewa atas hak sipil dan politik.
Tradisi luhur
peninggalan leleuhur, barangsiapa seorang orang, wong atau manusia mampu jaga
lidah, kaki-tangan dan tata moral. Kendati setiap orang mewakili dirinya
sendiri dan bertangung jawab atas dirinya sendiri. Namun semua hal harus
dibicarakan secara bersama-sama.
Hak atas dirinya
sendiri diwujudkan dengan semboyan ”tuwa iku tuwa tuwane wicara” (tua itu tua isi pembicaraannya).[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar