nusantara, memang kaya plus menang kaya
Menyimak produk bersama BPS dan BPPT berbentuk “Ringkasan
Eksekutif Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2019”, tertanggal Jakarta
Mei 2020. Angka bicara. Punya kesan tersendiri dan mendalam. Kian bicara karena
pakai dalil banding, sanding, tanding dengan data 2018. Kejadian di lapangan
hanya sekedar kesalahan teknis. Kebijakan perpadian nusantara tetap dinamis ikut
irama pasang surut.
Perbedaan jangan dipandang, dianggap sebagai
perubahan sesuai kehendak zaman. Faktor peubah bukan ditentukan kebutuhan
pangan dalam negeri, lokal daerah. Pasar bebas dunia tak bisa ditawar. Terlebih
nilai tawar nusantara mudah tawar kerena waktu.
Tersurat luas panen 2018 11,38 juta hektar. Mengalami
perubahan menjadi 10,68 juta hektar di 2019. Penyusutan luas panen 0,7 juta hektar
atau 6,15%. Tentunya wajar jika kondisi ini selaku faktor aruh produksi padi. Tercatat
produksi padi 2018 59,20 juta ton. 2019 berubah menjadi 54,60 juta ton. Susut 4,6
juta ton atau 7,76%. Panen padi pakai ukuran GKG (gabah kering giling).
Begitulah perhitungan luas lahan baku sawah yang
cenderung meningkat meskipun fakta di lapangan menunjukkan terjadinya
pengalihan fungsi lahan untuk industri, perumahan atau infrastruktur yang tidak
bisa diimbangi oleh pencetakan sawah baru.
Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No.
399/KEP-23.3/X/2018, tanggal 8 Oktober 2018, tentang Penetapan Luas Lahan Baku
Sawah Nasional Tahun 2018 seluas 7.105.145 Hektar.
Pada 2019, Kementerian ATR/BPN menetapkan luas lahan
baku sawah nasional 2019 berdasarkan Keputusan Menteri ATR/Kepala BPN No.
686/SK-PG.03.03/XII/2019, tanggal 17 Desember 2019, tentang Penetapan Luas
Lahan Baku Sawah Nasional Tahun 2019 yaitu sebesar 7.463.948 hektar. Dengan
menggunakan informasi luas lahan baku sawah tersebut, perhitungan ulang
dilakukan untuk luas panen dan produksi padi pada 2018.
Narasi teknis diperkuat dengan RPJMN 2020-2024. Tersurat,
isu lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan kebutuhan pangan seiring
dengan peningkatan populasi penduduk sebesar 1,2 persen. Di sisi lain, produksi
pangan sangat juga dipengaruhi oleh faktor musim, serta ketersediaan dan
kehandalan sarana prasanana produksi termasuk irigasi.
Pengelolaan sumber daya pangan dan pertanian menghadapi
isu semakin meningkatnya kebutuhan akan lahan dan air sebagai dampak dari
peningkatan aktivitas perekonomian. Kondisi ini menyebabkan peningkatan
persaingan dalam pemanfaatan lahan dan air, khususnya di antara sektor
pertanian, industri, dan perumahan.
Bonus pengetahuan umum. Simak Renstra Kementerian
PUPR 2015-2019. Selanjutnya, kontribusi sektor irigasi terhadap produksi padi
relatif besar yaitu ±85% terhadap total produksi padi nasional, namun apabila
kerusakan jaringan irigasi tahun 2014 sebesar 16% dapat diatasi, akan lebih
meningkatkan kontribusi irigasi terhadap produksi padi tersebut. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar