buron partai vs partai
buron
Disebutkan judul adalah
kesimpulan. Narasi, uraian, deskripsi dalam bentuk alinea tak mengulang kata
yang terpakai di judul. Kalau bisa. Judul bisa berupa kalimat sempurna. Judul baku,
standar, normatif sesuai kadar pemuliaan penulis. Semakin dijabarkan, tidak
hanya tambah bosan. Memancing emosi atau masuk wilayah bukan wilayah bahasan.
Memang, pemegang
otoritas politik hanya kalah oleh ulah orang dalam. Ketika daripada presiden RI
kedua, penguasa tunggal Orde Baru, tak merasa bersalah dan tak mau disalahkan. Hanya
karena memberi porsi kepada anak cucunya ikut andil dalam pembangunan. Restu orang
tua menjadikan anak cucunya tetap eksis sampai sekarang.
Apa yang dilakukan
penguasa tunggal negara, memang sudah terjadi sejak sebelum terjadinya bentuk
negara dan pemerintahan. Praktik demokrasi kian menunjang asas utamakan
keluarga ketimbang kewajiban terhadap rakyat. Jasa anggota kawanan partai
politik tetap tak bisa diremehkan, dianggap enteng.
Hebatnya anak bangsa
dengan kendaraan politiknya. Sudah mampu menyalip ujaran aksi “pagar makan
tanaman”. Bukan sekedar standar ganda. Bahkan bisa main di ganda campuran yang
kontradiktif. Maksud jelas, mampu bertindak sebagai pengayom dan sekaligus pada
waktu yang sama beraksi selaku pecundang. Sesuai busana dan atribut kebesaran. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar