Halaman

Rabu, 19 Agustus 2020

gebrakan moral rakyat jelata vs revolusi mental anak jalanan


gebrakan moral rakyat jelata vs revolusi mental anak jalanan

Jargon politik, idiom politik menjadi andalan kawanan partai politik yang multimanfaat. Satu pihak untuk menghantam lawan politik. Membangkitkan sentimen, emosi pendengar sesuai kemajuan zaman teknologi informasi dan komunikasi. Sejalan dengan menancapkan jualan ideologi politiknya.

Politik adu domba peninggalan penjajah Belanda mengalami adaptasi, modifikasi, sinkronisasi. Di tangan ahlinya membuat banyak pihak perpukau. Orator kolaborator, kesusupan paham pihak ketiga, merasa kuat dan yakin diri. Propaganda politik tanpa norma kebangsaan yang sedang bangkit.

Tentu jauh pasal dari semangat mempertahankan kemerdekaan bangkit berkat daya orator pemimpin bangsa. Kepemimpinan lokal sadar akan agresi penjajah dan atau kaki tangannya. Kalau tidak dilawan sekarang, kapan lagi. Kemampuan beretorika menjadi andalan atau menutupi fakta lainnya (yang ini cerminan zaman terkini).

Tradisi Jawa ,memandang kekusaan bersifat homogen, masif, konkret dan konstan secara totalitas dan tidak berimplikasi moral. Fenomena dan fatamorgana tentang sistem kekuasaan Jawa yang khayali menjadi peletak dasar warna politik Indonesia.

Olok-olok politik bukti kemunduran peradaban politik bangsa. Ketika manusia dan atau orang kehabisan akal untuk bermain cantik, pakai jurus ujaran nista, mencaci maki. Gembala pengadu domba ikut andil karena ada kesamaan arus pendek dengan bangsa penjajah, Belanda. Diperkuat merah-nya Merah-Putih yang beralih makna.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar