Halaman

Minggu, 16 Agustus 2020

nusantara dan cita-cita terlupakan


nusantara dan cita-cita terlupakan

Semangat menyatukan nusantara berjalan beriringan, berkelanjutan dengan perjuangan bangsa mengenyahkan penjajah. Angkat senjata kerajaan yang bertebaran di nusantara, upaya nyata mengusir penjajah. Masih bersifat sporadis, kedaerahan. Politik adu domba atau membasmi niat aksi merdeka dengan mendatangkan pasukan lokal non-Belanda.

Biaya perang penjajah Belanda malah dibebankan kepada rakyat. Antara lain dengan pola tanam paksa. Pihak yang pro-Belanda, mungkin karena kesamaan feodal, kemiripan penganut aliran kepercayaan plus paham keyakinan, pasti mendapat imbalan dunia. Bentuk kerja sama antar pihak untuk melanggengkan kuasa penjajah.

Tujuan utama proklamasi adalah membentuk negara dan bangsa. Soal mau tanam apa, lihat perkembangan. Sadar diri anak bangsa sesuai watak yang menjadi sila-sila Pancasila. Tidak halnya pihak yang kenal ideologi non-lokal. Merasa akrab dengan ideologi global. Merasa bagian utama arus kuat paham atheisme.

Rakyat terbelah dalam dua kutub yang kontradiktif. Pertama. Merasa bagian masyarakat, bangsa dan pemilik sah republik ini. Berkewajiban bangun negeri tanpa pamrih, bebas ambisi. Kedua. Merasa yang punya negara ini kaerna punya andil ikut memerdekakan bangsa. Sekali berarti setelah itu minta imbalan, jaminan seumur hidup.

Cita-cita bangsa kalah garang dengan langkah politik penguasa.[HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar