nusantara dan cita-cita terlupakan
Semangat menyatukan nusantara berjalan beriringan,
berkelanjutan dengan perjuangan bangsa mengenyahkan penjajah. Angkat senjata
kerajaan yang bertebaran di nusantara, upaya nyata mengusir penjajah. Masih
bersifat sporadis, kedaerahan. Politik adu domba atau membasmi niat aksi
merdeka dengan mendatangkan pasukan lokal non-Belanda.
Biaya perang penjajah Belanda malah dibebankan kepada
rakyat. Antara lain dengan pola tanam paksa. Pihak yang pro-Belanda, mungkin
karena kesamaan feodal, kemiripan penganut aliran kepercayaan plus paham
keyakinan, pasti mendapat imbalan dunia. Bentuk kerja sama antar pihak untuk
melanggengkan kuasa penjajah.
Tujuan utama proklamasi adalah membentuk negara dan
bangsa. Soal mau tanam apa, lihat perkembangan. Sadar diri anak bangsa sesuai
watak yang menjadi sila-sila Pancasila. Tidak halnya pihak yang kenal ideologi
non-lokal. Merasa akrab dengan ideologi global. Merasa bagian utama arus kuat paham
atheisme.
Rakyat terbelah dalam dua kutub yang kontradiktif.
Pertama. Merasa bagian masyarakat, bangsa dan pemilik sah republik ini.
Berkewajiban bangun negeri tanpa pamrih, bebas ambisi. Kedua. Merasa yang punya
negara ini kaerna punya andil ikut memerdekakan bangsa. Sekali berarti setelah
itu minta imbalan, jaminan seumur hidup.
Cita-cita bangsa kalah garang dengan langkah politik
penguasa.[HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar